​
Apa salahku bila aku masih menggebu-gebu JIKA bersangkutan seks, Sayangnya suamiku tak lagi kuat, selisih umur kami nyaris 20 tahun, sampai-sampai dia bukan lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula lantas aku menggali pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk mengisi hasrat seks-ku yang makin menggebu di umur kepala 3 ini.
Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh kesudahannya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berdekapan dengan seorang lelaki muda seraya telanjang bulat di suatu penginapan.
Disinilah kisah ewe ini dimulai.
Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar lokasi tinggal tanpa pengawalan. Tak sedikitpun aku lepas dari pemantauan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Johan anak sulungku yang baru masuk kuliah bisa giliran memantau di pagi hari sebab dia masuk siang.
Siangnya giliran Bagus yang duduk di ruang belajar dua SMP, guna mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja kegiatan seks-ku juga terganggu total. Hasratku tidak jarang tak terlampiaskan, akibatnya aku tidak jarang uring-uringan. Memang sih aku dapat masturbasi, tapi tidak cukup nikmat. Dua minggu selesai aku masih dapat menahan diri.
Sebulan aku telah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, hingga pernah sehari 8 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah menjangkau kepuasan yang total. Aku masih perlu kemaluan laki-laki!
Seperti pada pagi hari Senin, ketika bangun pagi jam 7 lokasi tinggal sudah sepi. Suamiku dan Bagus telah pergi, dan bermukim Johan yang terdapat di bawah. Aku masih belum bangkit dari lokasi tidurku, masih malas-malasan untuk bangun.
Tiba-tiba aku tersentak sebab merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku ketika bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, namun selangkanganku telah basah kuyup. Aku juga segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku.
Aku mendesis pelan ketika kedua jari tersebut masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan namun pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari terdapat sesosok tubuh yang sedang menyimak kelakuanku dari pintu kamar yang tersingkap lebar. Dan ketika mukaku menghadap ke pintu aku terkejut menyaksikan Johan, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
Tapi herannya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku justru mendesah keras sambil menerbitkan lidahku. Dan Johan terlihat tenang-tenang saja menyaksikan kelakuanku.
Aku jadi salah tingkah, tapi menikmati liang vagina yang kian basah saja, aku turun dari lokasi tidur dan berlangsung ke arah anakku Johan. Anak sulungku tersebut masih tenang-tenang saja, sebenarnya saat turun dari lokasi tidur aku telah melepas pakaian dan sekarang telanjang bulat. Aku yang telah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.
“Bercintalah dengan Mama, Johan ohhh !” pintaku seraya mengelus-elus selangkangan johan yang telah mengeras.
Johan tersenyum, “Mama tahu, semenjak saya berumur 17 saya telah sering menginginkan bagaimana nikmatnya kalo Johan bercinta dengan Mama…”
Aku terperangah mendengar omongannya.
“Dan tidak jarang kalo Mama tidur, Johan telanjangin unsur bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”
Aku tak percaya mendengar ucapan anak sulungku ini.
“Dan sekarang dengan senang hati Johan bakal muasin Mama hingga Mama puas!”.
Tommy langsung memegang daguku dan menghirup bibirku dan melumatnya dengan sarat nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sedangkan tangan kanannya membelai permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, melulu sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku.
Kedua puting susuku yang masa-masa kecil pernah Johan hisap, pulang dihisap anak sulungku tersebut dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati hingga mengkilat, dan aku tidak banyak menjerit kecil ketika putingku digigitnya pelan tetapi mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah dampak perlakuan Johan.
Ciuman Johan berlanjut ke perut, dan anakku tersebut pun berjongkok sedangkan aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang bakal Johan kerjakan dan ini ialah bagian di mana aku tidak jarang orgasme. Yah, aku sangat tak tahan bila kemaluanku di oral seks.
Sebelum mulutnya menghirup permukaan lubang lokasi di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya juga menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak laksana tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang terbenam di selangkanganku, ketika lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut.
Dan benar saja, tak lama lantas tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar.Johan tak peduli, anak sulungku tersebut terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental ketika aku berorgasme tadi.
Aku yang keletihan langsung mengarah ke tempat istirahat dan istirahat telentang. Johan tersenyum lagi. Anakku tersebut kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap guna menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang sudah tegang. Johan bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum rudalmu tersebut sebentar.”
Johan menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras tersebut ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan sarat semangat. Penis anakku tersebut kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sedangkan anakku mengelus rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati sampai mengkilap.
“Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, johannnn..” kataku sesudah puas mengulum penisnya. Anakku tersebut mengangguk. Penisnya segera dituntun anakku mengarah ke lubang kemaluan lokasi johan lahir. Vaginaku yang basah kuyup mempermudah penis Johan guna masuk ke dalam dengan mulus.
“Ahh.. Johannnnn!” aku mendesah ketika penis Johan amblas dalam kemaluanku. Johan kemudian langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, kemudian berubah lambat namun pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya.
Apalagi Johan seringkali tidak mempedulikan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sampai-sampai aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Johan, mulai dari gaya anjing hingga tradisional membuatku orgasme berkali-kali.
Tapi anak sulungku tersebut belum pun ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru ketika aku sedang di atas tubuhnya, johsn mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk menjangkau puncak kenikmatan.
Dan ketika Johan mendekap dengan erat, saat tersebut pula air mani anak sulungku tersebut membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku pulang orgasme guna yang kesekian kalinya. Selangkanganku sekarang sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Johan dengan cairanku sendiri. Johan masih memelukku dan menghirup bibirku dengan lembut.
Dan kami terus bermain cinta hingga siang dan baru berhenti ketika Bagus kembali dari sekolah. Sejak saat tersebut aku tak lagi stress sebab sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap ketika aku tidak jarang kali dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar.
Memek Bunda Dan Istriku Buatku Gak kuattt...!!!
Peristiwa yang kualami ini sebenarnya memang sulit dipercaya, tetapi itu memang benar terjadi, Aku menikah dgn istriku dalam usia yang relatif masih cukup muda. Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun. Setahun kita telah menikah sewaktu aku baru selesai di wisuda. Dalam usia yang masih muda kita masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup tinggi. Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu menggebu-gebu. Hampir setiap malam kita selalu “ bertempur”.Pertempuran itu selalu berlangsung sampai 3 babak, sehingga kita kelelahan dan tidur pulas setelah itu. Kita sepakat untuk tidak buru-buru mempunyai anak, agar bebas bercinta kapan saja tanpa ada gangguan. Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingungWalaupun kita memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kita memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dgn kantorku.
Kehidupan pribadi kita mulai agak terganggu sewaktu mertua perempuanku memutuskan ikut tinggal bersama kita, setelah suaminya meninggal. Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu urusan rumah tangga kita. Maklum kita berdua sibuk. Aku seharian bekerja sedang istriku sibuk dgn urusan kampusnya. Kita tidak memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya diselesaikan kita berdua.Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga. Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah. Ibu Mertuaku umurnya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih seperti juga istriku. Hanya seperti umumnya perempuan setengah baya bodynya agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih kencang, buah dadanya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku, bokongnya membulat besar dan menonjol.
Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun lama-kelamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BREAST HOLDER sehingga selain buah dadanya bergerak mengayun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak di balik bahan kaos yang dia kenakan. Istriku termasuk anak manja dan “anak bunda”. Aku bisa maklum karena dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan bundanya ketimbang meminta saran dariku. Setelah 3 bulan kita tinggal bersama “bunda”, aku mulai merasakan bahwa bunda istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dgn handuk dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BREAST HOLDER yang kelihatannya kekecilan. Sering dgn pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur menyelesaikan masakan, atau mencuci piring.
Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol bersama kita di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat, yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan.Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. Jika mulanya dia melenggang dgn santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BREAST HOLDER di seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Sewaktu kutanya kenapa dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dgn gaya begitu. Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah dulu memang begitu.Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. Istriku sejak SD sampai lulus SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik. Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah kepadaku. Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. Ibu mertuaku kelihatan biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku, pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja.Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dgn membiarkan dadanya terbuka tanpa BREAST HOLDER. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat buah dada besar mertuaku. Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli. Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok aku memandangi buah dada bundanya yang bergoyang-goyang sewaktu berjalan. Kalau kita berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui aku, sampai menghisap kemaluanku di depan ibunya. Anehnya bunda santai saja melihat percumbuan kita. Dia tidak mengomentari dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku sebetulnya agak jengah dgn situasi seperti itu, tetapi ini adalah pengalaman baru. Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga otakku jadi agak kurang waras. Jika situasi sudah semakin hot, bunda menyarankan kita berdua masuk kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar.Aku tidak ingat sewaktu dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur. Aku baru terkejut sewaktu bunda berkacak pinggang di pintu melihat kita melakukan persebadanan. Pada saat ditonton bunda, Istri sedang berada diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu konsentrasiku melihat bunda menonton. Tapi istriku tidak peduli. “ Gerakannya jangan gitu Dewi” kata bunda kepada istriku Bunda mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Bunda mengajari agar pinggul istriku bergerak memutar dgn gerakan konstan. Istriku diajari berkali-kali tidak juga paham, dan dia bingung dgn gerakan itu. Bunda berkali-kali pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan bunda itu jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar biasa. Kemaluanku seperti dipelintir-pelintir. Tapi dia berkali-kali salah karena bingung.Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja. Yang membuatku terbengong-bengong. Bunda sudah telanjang naik ke tempat tidur langsung duduk di atas kemaluanku dan ditancapkannya kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin. Bunda langsung melakukan gerakan memutar. Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian bunda mengolah gerak membuatku jebol. Tanpa aba-aba kulepas tembakan air mani ke dalam kemaluan bunda. Dia terus memeras kemaluanku sampai akhirnya kemaluanku melemas dan keluar dgn sendirinya dari lubang kemaluan bunda.“Yaaaa bunda kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain.Bunda berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan kemaluan dgn waktu relatif singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. Bunda langsung mengulum kemaluanku dgn gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar kepala kemaluanku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Bunda merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan kemaluan bunda yang terpampang di depan mataku. Dia mengatur posisi nungging membelakangiku.
Melalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar seruputan mulut bunda di kemaluanku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan leher kemaluanku di tekan-tekan oleh ujung lidah bunda, dan yang lebih memukau lagi kemaluannya bunda digoser-goserkan di mulutku yang sedang menganga keheranan.Tidak sampai 10 menit kemaluanku sudah tegak mengeras. Bunda lalu bangkit dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan. Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. Mungkin gerakan itu membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu relatif singkat dia sudah mengerang mencapai klimaksnya.Aku tidak memberi waktu istirahat terlalu lama. Posisi segera aku balik dgn menelentangkan dirinya dan aku langsung menikam kemaluannya dgn kemaluanku yang sudah mengeras sempurnanya. Aku mengenal betul posisi yang disukai istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu. Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 klimaks yang jaraknya dekat-dekat. Mungkin karena lama-lama kemaluannya terasa ngilu akibat aku genjot terus walau dia klimaks. Dia minta aku menyudahi permainan. Padahal aku masih jauh dari finish.“Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,” kata bunda. Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Bunda mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku menyadari situasi yang akan terjadi. Bunda sudah berada diatas kemaluanku dan dia langsung menyarangkan senjataku ke kemaluannya. Bunda langsung bergerak aktif dgn pusaran mautnya. Kali ini aku berusaha bertahan untuk tidak cepat jebol. Bunda makin bersemangat dan akhirnya dia pun mencapai klimaks dan ambruk di dadaku. Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan bunda aku tindih dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang dirasa bunda maksimal rangsangannya. Setelah kutemukan posisi itu dgn tanda erangan-erangan bunda aku menggenjotnya terus.Bunda mencapai lagi klimaksnya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dgn memeluk badanku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur kemaluanku dipijat-pijat oleh dinding kemaluan bunda. Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa kemaluan bunda masih cukup ketat mencengkeram batang kemaluanku. Dia mempunyai teknik yang bagus mengolah lubang kemaluannya sehingga mengesankan bahwa lubangnya mencengkeram. Aku merasa kemaluanku terus menerus seperti dipijat-pijat oleh dinding kemaluannya. Aku hanya mampu memberi bunda satu puncak lagi yang datangnya bersama-sama dgn puncakku. Aku mengerang bersamaan dgn bunda dan melepas air maniku dgn menghunjam kemaluanku sedalam-dalamnya ke kemaluannya.Bunda kuakui sangat jagoan menservice laki-laki. Walaupun aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa istriku memberi kesempatan bundanya menikmati kontolku. Dia malah tidak terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. Dia tetap menyanyangiku . Buktinya selesai aku menggenjot bundanya aku dipeluknya erat-erat sampai kita tertidur. Paginya sewaktu aku bangun, kudapati kita tidur bertiga dalam keadaan bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun. Kita bangkit bertiga dan bergandengan kita menuju kamar mandi. Bertiga kita mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan dgn handuk. Setelah itu kita tidak lagi mengenakan pakaian sarapan pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah.Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan bundanya. Tapi yang lebih aneh istri membiarkan bundanya sewaktu bunda ingin menyebadaniku. Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu ranjang kapan pun waktunya. Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak dan ibu. Aku sempat khawatir, air maniku membuahi rahim bunda. Istriku menjelaskan bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi.Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak aneh juga. Anehnya istriku sering menyuruh bunda merangsangku, sewaktu aku sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. Aku sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan bunda, sehingga konsentrasiku ke TV buyar.
KU TIDURIN PEMBANTU-KU YANG SEMOK
SEMUA ini terjadi ketika keluarga Saya membutuhkan seorang tambahan pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Risma menganjurkan agar keponakannya Lusi yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin menurut ortu saya dari pada susah susah cari kesana kesini, gak papalah menerima tawaran Risma ini.
Lagian dia juga sudah cukup lama mengabdi pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga kami ini. Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya untuk datang ke Bandung dan tinggal bersama dalam keluarga ini.
Didalam pikiran saya gak ada hal yang akan menarik perhatian saya kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya gendut, jorok & sangat dekil. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” Pikir saya dalam hati.
Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Lusi, hampir setiap malam kalau anggota keluarga saya sudah tidur lelap. Maka pelan pelan saya ke kamar belakang yang memang di sediakan untuk kamar tidur pembantu.
Pelan pelan namun pasti saya buka pintu kamarnya, yang memang saya tahu mbak Risma gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Risma tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan.
Bagaimanapun juga setiap saya liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk berisi, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan miss V yang tebal mengiurkan kejantanan saya.
Perlahan lahan saya usap permukaan vagina mbak Risma yang montok itu, sekali kali saya sisipin jari tengah tepat ditengah vaginanya lalu gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Risma dari tidurnya yang lelap.
“mmmm….sssshh…..oooohh, jonn… kok gak bangunin mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Risma sama saya setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal. Tapi mbak Risma gak mau kalah, tanpa diminta mbak Risma tahu apa yang saya paling suka.
Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam saya hingga lepas semua, karena kejantanan saya sudah mengeras dan menegang dari tadi. Mbak Risma langsung mengenggam batang kejantanan saya yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.
Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan saya, seakan memanjakan kejantanan saya yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesentipun kejantanan saya yang tidak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu.
Dikemut kemut kantong pelir saya dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Risma pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur saya. Kenikmatan yang mbak Risma berikan sangat diluar perkiraan saya malam itu.
“Mbak….uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin rudal saya mbak.”
Semakin ganas mbak Risma menghisap kejantanan saya yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa saya ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung rudal saya terasa ingin keluar.
“Mbak… jonny mau keluar nih…” sambil saya tahan rudal saya didalam mulutnya, akhirnya saya muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Risma yang berbibir tipis itu.
“Croot… croot… Ohhh… nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama miss V mbak Risma. Namun kali ini mbak Risma tanpa ada penolakan, menerima muncratan sperma saya didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang meleleh dari lubang rudal saya.
Bagaikan wanita yang kehausan di tengah padang gurun pasir, mbak Risma menyapu seluruh batang kont*l saya yang teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing saya. Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue rasakan.
“Joonnn… miss V mbak blom dapet jatah… mbak masih pengen nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah di dalam mem*k mbak….” pinta mbak Risma sambil memelas. Mengharapkan agar saya mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
“Tenang aja mbak… mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali. Oke.”
Tanpa kembali menjawab perintah saya. Dengan cekatan layaknya ular betina. Mbak Risma mengambil posisi kepalanya tepat di atas rudal saya, kembali mbak Risma menghisap hisap. Berharap keperkasaan saya bangkit kembali. Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang rudal saya, dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.
Memang saya akui kemahiran pembantu saya yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan Rudal saya.. didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan saya kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali.
Lalu saya juga gak mau lama lama seperti ini. Saya juga mau merasakan kembali rudal saya ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok gemuk itu. Mengaduk ngaduk isi mem*knya.
Saya memberi aba-aba untuk memulai ke tahap yang mbak Risma paling suka. Dengan posisi women berdiri, mbak Risma mengenggam batang kont*l gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. Rudal saya di gesek-gesek terlebih dahulu di bibir permukaan miss V nya. Menyentuh, mengesek dan membelah bibir miss V nya yang mengemaskan. Perlahan rudal saya menerobos bibir miss V yang montok itu.
Perlahan lahan kont*l saya seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak Risma membuat saya kenikmatan. Semakin lama semakin panas pinggul yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan Rudal saya yang terbenam didalam miss V nya.
“uh… Jonnn. Punya kamu perkasa banget sihhhhh. Nikmat bangetttt ah….” dengan mimik muka yang merem melek menikmati hujaman Rudal saya ke dalam liang senggamanya.
“miss V mbak Risma juga gak kalah enaknya. Bisa pijit pijit punya saya… miss V mbak di apain sih… kok enak banget.”
“Ih… mau tahu aja. Gak penting diapain. Yang penting kenikmatan yang diberikan sama miss V mbak sama kamu Jonn….” sahut mbak Risma sambil mencubit pentil tetek saya.
“Jonn… ahhh.... ooohh…. Jonn…. mbak mmmmauu kluuuuaaarr nihhh… ooohh.” Ujar mbak Risma sambil mendahakkan kepalanya ke atas, berteriak karena mencapai puncak dari kenikmatannya. Dengan lunglai mbak Risma ambruk merebahkan tubunya yang telanjang tepat di atas badan saya. Untung saja posisi kamar mbak Risma jauh dari kamar kamar ortu saya. Takutnya teriakan tadi membangunkan mereka dan menangkap basah persetubuhan antara pembantu dengan anak majikannya. Gak kebayang deh jadinya kayak apa.
Lalu karena saya belum mencapai kenikmatan ini, maka dengan menyuruh mbak Risma gangkatkan pantatnya sedikit tanpa harus mengeluarkan batang Rudal saya masuk keliang kenikmatannya. Kembali kini saya yang menyodok nyodok miss V nya dengan beringas saya gak perduli suara yang keluar dari mulut mbak Risma dalam setiap sodokan demi sodokan yang saya hantam kedalam miss Vnya itu.
“Jonn…. kamu kuat banget Jonn… ooooh… uuuhhh… ssshhhh…. ooohhh…” erangan demi erangan keluar silih berganti bersama dengan keringat yang semakin mengucur di sekujur badan saya dan mbak Risma.
“Truuuus… Jonn… sodok trusss miss V Joooonn. Jangan perduliin hantam truuuss.” Erangan mbak Risma yang memerintah semakin membuat darah muda saya semakin panas membara. Sekaligus semakin membuat saya terangsang.
“Suka saya ent*t yah mbak… Rudal saya enak’kan… hhmmm.” Tanya saya memancing birahinya untuk semakin meningkat lagi.
“hhhhhmmmm… suka….sssshhh… banget Jonnn.Suka banget.” Kembali erangannya yang tertahan itu terdengar bersama dengan nafasnya yang menderu dera karena nafsu birahinya kembali memuncak.
“Bilang kalau mbak Risma adalah budak seks Jonny.” Perintah saya.
“Mbak budak seks kamu Donn, mbak rela meskipun kamu perkosa waktu itu…. Ohhhh… nikmatnya Rudal kamu ini Jonn.”
Semakin kencang Rudall saya masuk Miss V nya mbak Risma. Mungkin seusai pertempuran ranjang ini mem*knya mbak Risma lecet lecet karena sodokan Rudal saya yang tak henti hentinya memberikan ruang untuk istirahat.
Merasa sebentar lagi akan keluar, maka saya balikkan posisi tubuh mbak Risma dibawah tanpa harus mengeluarkan Rudall yang sudah tertanam rapi didalam miss V nya.saya peluk dia truss balikin tubuhnya kembali ke posisi normal orang melakukan hubungan badan.
Sayaa lebar lebar selangkangan mbak Risma dan kembali memompa mem*k mbak Risama dngar suara suara yang terjadi karena beradunya dua kelamin berlainan jenis. “plok… plok…” semakin kencang terdengar dan semakin cepat daya sodokan yang saya hantam ke dalam liang miss V nya.
Terasa sekali bila dalam posisi seperti ini,Rudal saya seperti menyentuh hingga rahimnya. Setiap di ujung hujangan yang saya berikan. Maka erangan mbak Risma yang tertahan itu mengeras.
Sampai saatnya terasa kembali denyut denyutan yang semula saya rasakan, namun kali ini denyut itu semakin hebat. Seakan telah di ujung helm surga saya.
​
TAMAT
Kenangan Manis Saat Duduk di Bangku Sekolah
Namaku Tika, Aku kelas XI SMU awal sekolahku di derah Jakarta selatan, dan katanya teman-temanku aku memiliki body yang sexi dan wajah cantik. Dan aku baru pindahan dari SMU Jakarta selatan sekarang aku pindah sekolah di daerah magelang tempat ayahku tinggal karena Ibu ku dari jakarta dan Ayahku dari magelang. Ayah dan Ibuku bercerai dan sekarang aku tinggal sama Ayahku. Aku dari waktu SMU dan masih sekolah di Jakarta selalu memakai seragam model rok pendek, dan tubuhku kelihatan seksi.
Awal aku masuk sekolah di SMU sekarang ada salah satu temanku cowok yang selalu caper padaku, Namanya Rudi, aku kalau setiap ketemu sama Rudi dan aku selalu keingat sama dia sampai kalau aku melamunin dia membuat diriku terangsang. aku pun terkadang sering masturbasi sambil membayangkan Dia. Entah ada apa denganku kalau setiap aku di kamar yang ada di otakku hanya Rudi dan sering aku membayangin bercinta sama dia.
Dan suatu hari aku bermaksud menyatakan cinta sama Rudi, karena aku sudah tidak tahan dengan persaanku sendiri. Waktu itu setelah pulang sekulah dan aku menunggunya di pintu gerbang sekolahan dan aku memanggil Rudi,
“Rudi, tolong berhenti sebentar,,,, kamu ada waktu sebentar gak aku mau ngomong sama kamu penting nihhh,?”
“Mau ngomong apa ya Tika,? Iya silahkan ngomong saja,” jawab Rudi.
Saat itu aku benar-benar grogi dan degdegan, tapi mau gimana lagi aku tidak kuat menahan perasaanku sendiri setelah dari awal aku masuk sekolah baruku dan sampai sekarang udah hampir tiga bulan. Akhirnya Rudi tidak menolak ajakanku akhirnya kami berdua kembali masuk di sekolahan karena waktu itu di pintu gerbang dan kembali lagi di area sekolahan,
Dan aku sama Rudi duduk langsung saja mengatakanya,
“Rudi, aku cinta dan sayang sama kamu, kamu mau jadi cowokku,?” Aku.
Saat itu sebenarnya malu sekali dan rasanya ingin berteriak karena aku sulit memendam perasaanku sendiri. Dan Rudi langsung jawab,
“Emmm,, gimana ya Tik,,, tunggu sebentar saya pikir-pikir dulu,” jawab Rudi.
Aku tahu kalau Rudi selama di sekolah tidak mempunyai teman cewek, setauku dari aku pertama sekolah disini dia juga gak dekat sama temanya cewek kecuali aku, karena kedekatanku sama Rudi dan kami selama sekulah dia selalu hampir sering bersamaku itupun saat istirahat. Dan akhirnya Rudi menjawab karena sekolahan udah sepi dan pada pulang semua akhirnya dia pun menjawab,
“Iya deh kita jadian, sebenernya aku juga naksir sama kamu Tik, tapi aku gak mau bilang sekarang dan kalau sekarang aku belum siap mengatakanya,” jawab Rudi.
Dan ternyata perasaan Rudi kepadaku sama, aku merasa bahagia saat mendengar Rudi menjawab balik dan jawabanya sama. Dan akhirnya karena senang sekali aku sangat bahagia waktu itu, aku langsung memeluk Rudi dan mencium pipinya,,
aku tak sadar waktu itu.
Akhirnya semakin sore dan sepi setelah kami berdua ngobrol sana-sini ini itu dan suasana sepi aku juga punya kelainan seperti hiperseks dan aku langsung memancingnya dengan duduk didekatnya sambil aku peluk dari samping dan tangannya aku kenakan payudaraku sesekali aku mencium pipinya dan dia membalas ciuman pipiku, dan aku bilang sama Rudi,
“Dari pada nanti ada orang melihat kami berdua disini gimana di kelas aja Rudi mumpung sepiu nich,? Ajak anku.
Rudi waktu itu sepertinya grogi sekali karena ajakanku, dan dia sedikit pucat aura wajahnya dan aku terus memancingnya dengan menggerakkan badan ku dan payudaraku terus aku tempelkan ke tubunya sambil aku bilang sama dia dengan manja-manja akhirnya Rudi mau,
“Iiiiya Tik, Aaaayo,” jawaban Rudi sambil grogi.
Dan sebelum masuk ke ruang kelas aku melihat kanan kiriku masih ada orang tidak dan saat itu suasana sepi aman tidak ada orang akhirnya kami berdua masuk ke ruangan kelas, dan pintu kelas aku tutup aku kunci dari dalam,
Aku langsung memulainya, Rudi kudekati dan aku mulai menciumi bibirnya, dan Andi meskipun grogi dia langsung membalas ciumanku, Rudi tangannya aku pegang satu dan aku arahkan ke payudaraku yang sebelah kanan, dan dia langsung meremasnya..
Remasanya lembut sekali membuatku semakin birahi, tanganku langsung mengarah ke batang penisnya Rudi, dan tiba-tiba Rudi langsung melepaskan ciumanku dan remasan payudaraku,
“Auuuuu..geli Tik,,aku malu padamu kalau kamu seperti ini,” Rudi bilang gitu.
“Gak usah malu, sama aku dan tidak ada orang yang melihatnya kok,” jawabku.
Lalu aku dekati lagi si Rudi dan aku melanjutkan ciumanku dan dia juga mebalas ciumanku akhirnya ku pegang penisnya dari luar, karena waktu itu masih pakai celana dan baju seragam, dia menikmati pegangan dari tanganku sambil aku husap-husapkan, dan Rudi tiba-tiba menciumi leherku dengan lidahnya membuatku semakin birahiku gak bisa nahan, dan aku melepas kancing sabuk celananya Rudi terus membuka kancing celananya dan aku langsung mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya dan ternyata penisnya Rudi udah mengeras panjang dan besar sambil aku elus.
Lalu aku menjongkok dan Rudi duduk di meja bangku, dan masih pakai baju tapi penisnya masih keadaan di luar dan penisnya masih besar dan panjang, langsung aku mengulumnya sambil kuaminkan kulumanku dan Andi mendesah sambil matanya merem menikmati kulumanku,
“Ahhhhh Tik,, enak sekali Tik,, emhhh,” desahan Rudi.
Setelelah beberapa menit kemudian aku di suruh Rudi berdiri dan Rudi sudah gak grogi lagi, aku udah berdiri Rudi menyuruhku duduk di atas meja, Rudi mengelus pahaku dan tanganya yang satu membuka kancing baju seragamku, sambil mengeluarkan payudaraku dari BH ku, langsung di remasnya kedua Payudaraku dan lama-lama di jilati putingku sambil dikulum dan aku mendesah hebat sekali karena aku sudah terangsang dan birahiku semakin memuncak,
“Auhhhhhhhhhhh…ahhhhhhhhhhhh..Rudi..Aahhhhhhhh,’ desahanku.
Lalu setelah mengulum payudaraku, andi membuka rokku dan tanganya mengarah ke memekku, dan memekku di mainkan sama Rudi, sambil di elus dan memelintir klitorisku dan aku mendesah semakin gila,
“Ahhhhhhhhhhhhhhh…owhhhhhhhhhh..emhhhhhhhhhh..Ruddd.....” desahanku semakin dasyat.
Karena desahanku semakin dasyat Rudi melepaskan celana dalam ku, dan memekku udah basah, aku masih bawa rok yang aku pakai rok yang aku pakai hanya di ataskan dan kedua kakiku melengkang, akhirnya Rudi berdiri dan memasukkan batang penisnya kedalam memekku yang sudah basah,
“Blessssssssssssssssssss”
Aku mendesah kesakitan karena vaginaku masih agak rapet meskipun aku udah gak perawan lagi, karena aku sama cowok-cowokku yang dulu di jakarta sering melakukan ngentot atau seks.
Lama-lama semakin terasa licin memekku karena penisnya Rudi di gerakan maju mundur dengan pelan-pelan aku udah merasa tidak sakit lagi dan tidak mendesah lagi, Andi melakukan gaya maju mundurnya semakin keras, dan sambil mencium bibirku dan tanganya meremas payudaraku, aku menikamtinya dan sambil mendesah lirih.
Sampai kami gak berpindah posisi, dan kira-kira udah 20menit Andi mau menuju klimaks,
“Tik aku mau keluuuuaaaar ni,?” tanya padaku.
“Jangan di keluarkan dalam lho Rudi,” jawabku.
“Iya Tika,” jawabnya kembali.
Genjotan Rudi maju mundur semakin keras dan Rudi melepaskan penisny keluar lalu dia menyuruhku turun dari atas meja lalu setelah turun dari meja aku suruh mengulum batang penisnya lagi dan,
“Crootttttttt..crottttttttttt..crottttttttt”
Semua seperma Rudi masuk ke dalam mulutku sampai membanjiri di dalam mulutku. Lalu aku mengajak Rudi untuk merapikan pakain nya langsung mengajak Rudi pulang, sebelum aku keluar kelas aku dan Rudi melihat situasi kanan kiri dan kami berdua melihat penjaga sekolah itu sedang menyapu di kelas sebelah yang aku dan Rudi melakukan seks. Lalu dia sedang nyapu di kelas sebelah aku dan Andi mencoba berjalan pelan-pelan dan keluar dari kelas tersebut.
Akhirnya aku keluar dari lingkungan sekulah dengan aman sampai di parkiran motor lalu aku di boncengin Rudi naek motor lalu aku di antar pulang sampai rumah. Betapa bahagianya aku, awal jadian pacaran langsung melakukan seks di dalam kelas. Dan kami setelah kejadian itu masih sering melakukan seks tapi di rumahnya Rudi kalau gak di rumahku, melihat kondisi rumah mana yang sepi. Sampai kami melakukanya sampai kelas XII SMU dan setelah lulus SMU kami kuliah dan kami masih berpacaran. Aku dan Rudi juga sering melakukanya.
​
​
​
*TAMAT*
bulatnya pepaya tante MIRA & SARA
Namaku Rimo pernah kerja sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung, Kejadian ini merupakan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku berusia 20 tahun. Suka hidup bebas.
Itulah sebabnya, aku suka keluyuran dari kota ke kota sekadar cari pengalaman.
​
Itulah sebabnya aku nekat pergi ke Malang sendirian. Yang penting membawa uang banyak. Meskipun begitu, soal uang aku tidak terlalu foya-foya. Bahkan selalu berusaha untuk berhemat. Tapi kalau untuk urusan cewek, mungkin lain urusannya.
Aku menginap di hotel murah, Hotel Melati II. Murah tapi bersih. Meskipun demikian kalau malam cukup berisik. Aku sudah telusuri tempat-tempat gituan. Tapi WTS-nya tidak ada yang menarik perhatianku. Lalu, aku pergi makan di TEXAS CHICKEN. Eh, saat sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba pandanganku bertatapan dengan seorang wanita setengah baya. Setelah kuperhatikan, ya ampun ternyata Tante MIRA. Mungkin sudah sepuluh tahun aku tidak pernah ketemu. Waktu itu aku masih kecil.
“Apa kabar, Tante!”, sapaku sambil mendekat.
Akhirnya aku makan semeja dengan Tante MIRA yang kebetulan juga sedang sendiri. Tante MIRA hampir lupa melihatku.
“Maklum, kamu sekarang sudah besar”, kata Tante MIRA.
Begitu tante tahu aku menginap di hotel, langsung saja ditawari menginap di rumahnya. Katanya di rumahnya tidak ada orang, kedua anaknya sedang studi di Perancis dan Jerman.
Yah, kupikir-pikir aku bisa menghemat uang. Aku tentu saja menyetujui ajakannya. Hari itu juga aku langsung pindah ke rumah Tante MIRA. Aku diberi sebuah kamar depan. Cukup bersih dan mewah. Rumahnya di kawasan elit ternama. Sebenarnya Tante tinggal bersama Om, tetapi Om sedang berada di negeri Paman Sam untuk mengambil gelar S3. Maklum Om-ku dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bekasi dan Jogya. Malam itu aku tidur sangat lelap sekali. Maklum capek!
Hari kedua aku baru tahu, ternyata Vaviliun sebelah digunakan untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fakultas teknik namanya Mas Iksan sedangkan yang satunya mahasiswa fakultas ekonomi, namanya Mas Roni. Kata tante, lumayan buat tambah-tambah uang belanja. Tante ternyata juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bahasa Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup banyak orang.
Siang harinya tidak ada kejadian yang menarik terus tidur sampai sore. Setelah makan malam terus ke kamar tidur nonton TV sambil tidur-tiduran. Tidak terasa, jam di dinding telah menunjukkan pukul 02.00. Akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang terang benderang kumatikan dan kuganti lampu tidur lima watt. Sepi sekali suasananya.
Namun, di tengah suasana yang sepi itu, kok aku rasa-rasanya mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karena penasaran, aku bangun pelan-pelan. Aku mengintip keluar melalui jendela, ternyata tidak ada siapa-siapa.
Ah, kok sepertinya dari kamar tante. Akupun mengambil kursi dan kuletakkan di dekat tembok. Di atas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karena penasaran, aku mengambil jarum dan membuat lubang kecil di karton itu. Setelah lubangnya lumayan, aku coba mengintip.
“Wow.., malam-malam begini mau ngapain tuh Mas IKSAN, si anak kost?”, pikirku sambil memperhatikan. Tante dan Mas IKSAN tampak duduk berdua di tempat tidur. Walaupun kamar Tante MIRA memakai lampu lima watt, namun mataku masih sanggup melihat dengan jelas.
Uh, mau ngapain Mas IKSAN?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante MIRA, kulihat Tante MIRA tersenyum. Dan kemudian dengan tenangnya Mas IKSAN mulai membuka baju Tante MIRA dan tinggal mengenakan BH.
Kuakui, tanteku memang masih tergolong muda, belum berusia 50 tahun. Tubuhnya montok, kulitnya putih, wajahnya mirip ARTIS. Rambutnya pendek , tubuhnya langsing. Tak lama kemudian Mas IKSAN melepas BH tanteku.
Duh.., ternyata montok sekali. Diam-diam aku mulai terangsang. Burungku mulai membesar. Aku tetap berdiri ddengan tenang di atas kursi.
Berikutnya kulihat Tante MIRA ganti melepaskan baju Mas IKSAN. Satu persatu kancing bajunya dilepas, akhirnya bajunya dilempar ke lantai. Boleh juga tubuh Mas IKSAN, tegap dan atletis. Wow.., mereka kemudian saling cium bibir. Saling mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas IKSAN meremas-remas payudara Tante MIRA. Beberapa menit kemudian kulihat Mas IKSAN membuka REtsleiting rok yang dipakai tanteku, kemudian dilepasnya rok itu sehingga tanteku cuma memakai celana dalam saja. Adegan berikut tanteku ganti membuka kancing celana Mas IKSAN, dilepasnya satu persatu, kemudian ditariknya sehingga lepas dan tinggal celana dalamnya saja.
Lagi-lagi keduanya berpelukan lagi dan berciuman mesra sekali. Kemudian Mas IKSAN mencium leher Tanteku, lalu payudaranya, lalu perutnya, lalu pahanya. Dan kemudian tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Lepas!, Kemudian diletakkan di kursi. Tahap berikutnya Mas IKSAN membuka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas IKSAN besar dan panjang seperti punyanya orang BULE. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan penisku ikut-ikutan menjadi keras. Apalagi melihat keduanya kemudian sama-sama dalam posisi berdiri, saling berpelukan, lagi-lagi saling berciuman.
Sekitar lima menit kemudian dengan posisi berdiri, Mas IKSAN memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Sesudah itu mereka berpelukan rapat sekali sambil menggoyang-goyang pinggul masing-masing. Cukup lama. Akhirnya kulihat mereka berdua sudah saling orgasme. Hal ini terlihat karena mereka membuat gerakan yang cukup agresif sekali. Walaupun samar-samar, kudengar suara uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante MIRA. Sialnya, tak terasa akupun mengalami orgasme, celana dalamku menjadi basah, apa boleh buat.
Adegan berikutnya dilakukan seperti biasa, yaitu tante berada di tempat tidur dengan posisi di bawah dan Mas IKSAN di atas. Apa yang kulihat memang benar-benar mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu aku melihat dengan mata kepala sendiri adegan seks yang dilakukan orang lain.
Esok harinya aku bersikap biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Kulihat Tante juga bersikap biasa-biasa saja. Makan pagi bersama. Sesudah itu aku pergi ke Pangalengan sekedar rekreasi.
Sore harinya aku sudah sampai di rumah lagi. Seperti kemarin, sore-sore pembantu tante menyediakan teh manis dan roti. Kulihat, pembantu Tante MIRA yang namanya Teh SARA ini tergolong seksi juga. Umurnya kira-kira sama dengan umurku, yaitu sekitar 19 tahun. Terus terang, nafsuku jadi bangkit melihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh SARA sudah punya anak, tapi ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Tiap hari Kamis pasti pulang ke kampung untuk menengok anaknya.
Malamnya aku tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar aku mengintip kamar tanteku. Namun hingga pukul 01.00 ternyata tidak ada kejadian apa-apa. Akhirnya aku tidur pulas.
Sekitar pukul 09:15 aku menuju ke terminal . Aku kepingin melihat obyek pariwisata dsini. Eh.., ternyata aku ketemu Teh SARA.
“Mau kemana Teh”, tanyaku.
“Ke Subang.., nengok anak Mas..”.
“Wah, sama-sama aja, deh..”, ajakku.
Ternyata ya lancar-lancar saja. Aku duduk berdua dengan Teh SARA. Akhirnya aku mencari-cari alasan untuk ditemani, soalnya aku belum hafal kota sini Teh. Karena hari masih siang, akhirnya mau juga Teh SARA menemani aku. Walaupun gadis desa, tapi Teh SARA sempat mengecap bangku SMA hingga lulus. Cara berpakaiannya pun tergolong rapi seperti pelajar-pelajar pada umumnya.
Sampai disana aku menyewa salah satu bungalow dengan alasan ingin istirahat. Kebetulan rumah Teh SARA tidak begitu jauh dari bungalow tempatku istirahat. Aku cari-cari alasan lagi. Aku bilang, di sini tidak ada yang jualan pecel lele, kalau tidak keberatan aku minta Teh SARA nanti malam mengantarkan Pecel lele. Ternyata Teh SARA tidak keberatan. Ya begitulah, tanpa rasa curiga sedikitpun, sekitar pukul 18.00 Teh SARA telah berada di bungalowku mengantarkan Pecel lele. Kuajak ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja.
Akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit tentang seks. Teh SARA bilang sudah lama tidak melakukannya karena suaminya sudah tiga bulan ini impoten akibat kecelakaan sepeda motor. “Nah.., ini dia yang kucari”, pikirku.
Sengaja memang aku ngobrol terus sehingga tanpa terasa telah pukul 23.00. Ketika Teh SARA pamit pulang, akupun bilang, lebih baik jangan pulang karena malam-malam begini banyak orang iseng atau orang jahat.
“Tidur aja di sini Teh, kan ada dua kamar. Teh SARA di kamar sebelah, saya di sini”, kataku.
Setelah kubujuk habis-habisan akhirnya Teh SARA mau juga tinggal di kamar sebelah.
Kira-kira pukul 24.00 aku mengendap-endap berjalan pelan menuju ke kamar Teh SARA.
“Kok, belum tidur?”, tanyaku pelan sambil menutup pintu.
“Dingin Mas udara sini”, katanya sambil tetap telentang di tempat tidur sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.
“Aku juga kedinginan”, kataku.
Entahlah, sepertinya sudah saling membutuhkan. Ketika aku merebahkan tubuhku di sampingnya, Teh SARA diam saja. Akupun menarik selimutnya sehingga kami berdua berada di dalam satu selimut. Untuk menghilangkan rasa dingin kupeluk Teh SARA. Ternyata diam saja. Begitu juga ketika kuraba-raba payudaranya yang montok ternyata juga diam saja.
Akhirnya dengan mudah aku bisa melepaskan baju, BH, rok dan celana dalamnya. Hanya dalam waktu beberapa detik saja kami berdua sudah dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Meskipun demikian kami masih di dalam satu selimut. Begitulah, tanpa hambatan, malam itu aku dengan mudah bisa menyetubuhi Teh SARA hingga dua kali. Tampaknya Teh SARA mengalami orgasme hingga dua kali.
“Terimakasih Mas, Sudah lama aku nggak merasakan yang begini-begini.., Suamiku sudah nggak sanggup lagi”, bisiknya sambil mencium bibirku.
Esok pagi subuh, Teh SARA kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan aku kembali agak sorenya. Maklum aku masih ingin menikmati pemandangan sekitar perkebunan dsini.
Malam harinya aku sampai di sikapku biasa-biasa saja terhadap Teh SARA, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Lagipula aku juga pesan agar Teh SARA tidak usah cerita kepada siapa-siapa. nggak enak kalau sampai Tante MIRA tahu. Begitulah. Tak terasa malam telah tiba lagi dan waktu tidurpun telah menyongsong.
Pukul 01.00, Seperti biasa lampu kamar kumatikan dan kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., lagi-lagi aku mendengar orang bisik-bisik. Pasti di kamar Tante MIRA. Akupun dengan pelan-pelan mengambil kursi dan mulai mengintip dari lubang kecil yang kemarin kubuat. Kali itu aku agak terkejut. Ternyata kali itu bukan Mas IKSAN, tetapi RONi . Wah, Tanteku ternyata tergolong hyperseks. Malam itu seperti kemarin-kemarin juga. Mas RONI kulihat menyetubuhi tanteku dengan berbagai posisi. Bahkan sempat kulihat Tante MIRA berada di posisi atas. Gila!, lagi-lagi aku mengalami orgasme sendirian. “Crooot.., crooot.., crooot”, celana dalamku basah lagi. Terpaksa aku harus ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam aku membayangkan betapa nikmatnya jika aku bisa menyetubuhi tanteku sendiri. Memang ini merupakan penyimpangan. Tapi, ya apa salahnya, toh tanteku mau dengan mereka. Tapi apa mau dengan aku? Semalaman aku tidak bisa tidur karena mencari strategi supaya aku bisa meniduri Tante MIRA.
Apa yang pernah dikatakan Teh SARA memang benar. Tiap hari Sabtu Mereka pulang ke Jakarta. Sehingga hari Sabtu itu cuma ada aku, Teh SARA dan Tante MIRA. Aku pusing setengah mati mencari strategi untuk merayu Tante MIRA, namun belum ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Namun, akhirnya aku punya ide.
“Tante suka nonton?, Kebetulan hari ini hari ulang tahun KU”, kataku di pintu kamarnya Tante MIRA. Tante waktu itu sedang merapikan rambutnya di depan kaca.
“Ah.., Tante nggak tahu kalau kamu ulang tahun. Selamat Ya”, ujar Tante sambil menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, mau traktir Tante, nih..”.
“Ya, kalau Tante nggak keberatan”, ujarku penuh harap.
Ternyata pancinganku berhasil. Malam itu aku nonton bioskop yang pukul 21.30, soalnya mau nonton yang pukul 19.30 sudah ketinggalan karena jam telah menunjukkan pukul 20.10.
Pulang nonton sekitar pukul 23.30Sampai di rumah, Tante MIRA nggak bisa masuk ke kamarnya.
“Aduh, tadi aku taruh di mana ya kunci kamarku?”, kata Tante sambil mondar-mandir.
“Waduh, nggak tahu Tante. Tadi ditaruh di mana?”, jawabku bohong. Padahal, sebelum berangkat, pada waktu Tante MIRA ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon sempat kusembunyikan di bawah kursi.
Akupun pura-pura membantunya mencari. Sekitar setengah jam nggak ketemu, akhirnya aku bilang, “Tidur aja di kamar Saya, Tante. Biar Saya tidur di kursi tamu saja..”.
Mungkin karena sudah capek, akhirnya Tante MIRA tidak punya pilihan lain, akhirnya tidur di kamarku dan aku tidur di kursi tamu. Namun sekitar setengah jam, aku masuk ke kamar.
“Di luar dingin Tante, boleh tidur di sini saja? Nggak apa-apa khan?”, tanyaku.
“Oo, silakan..”, jawab MIRA.
Akupun merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante MIRA. Jantungku berdetak keras, otakku terus mencari strategi berikut .Gimana nih cara memulainya? Susah juga!
“Aduh, Tante kalau tidur kok membelakangi saya”, kataku pelan.
“Oh ya, maaf.Kebiasaan sih..”, Tanteku membalikkan badannya, miring menghadap ke arahku.
Seolah-olah tidak sengaja, tanganku menyenggol payudara Tante.
“Maaf Tante, nggak sengaja..”.
“Ah.., nggak apa-apa”.
“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.
Kulihat Tanteku membuka matanya dan tersenyum.
“Boleh saya memegangnya Tante?”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum pernah melihat payudara seindah ini”, rayuku.
“Ah, boleh-boleh saja..”.
Akupun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.
“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum pernah”, pancingku lagi. Makin lama aku makin berani. Tanganku menyusup ke BH-nya.
“Boleh saya buka BH-nya Tante?”, tanyaku penuh harap setengah berbisik.
Tak ada jawaban. Akupun memberanikan diri melepas kancing baju Tanteku satu persatu dan akhirnya aku berhasil melepas BH Tanteku dengan mudah. Tampaklah payudara yang montok padat berisi. Akupun meremas-remasnya. Lama kelamaan, tampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lantas bibirku. Kulihat Tante mulai membuka kancing bajuku satu persatu dan akhirnya aku tanpa baju.
“Tante, saya belum pernah..”, bisikku pelan. Tentu saja aku berbohong.
“Nggak apa-apa, nanti Tante ajarin..”.
Begitulah, beberapa menit kemudian Tanteku melepas celanaku dan akhirnya celana dalamku. Begitu juga, Tante melepas sendiri rok dan celana dalamnya. Kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.
“Tante, aku belum bisa..”, aku berbohong lagi.
“Nanti Tante ajarin..”, bisiknya.
Begitulah, akhirnya keinginanku untuk menggeluti Tante MIRA telah berhasil. Malam itu aku bermain hingga mengalami orgasme dua kali. Demikian juga, Tante MIRA juga dua kali mengalami orgasme.
“Ah, KAMU!, Kamu telah membohongi Tante! Ternyata kamu jagoan! Tante puas..!”, bisik Tanteku sambil menuju ke kamar mandi. Malam itu aku dan Tante tidur berdua telanjang bulat di bawah satu selimut sampai pagi hari.
Hari Minggu ini sepi. ANAK KOSTNYA belum pulang. Kata tante, mereka berdua biasanya pulang ke tempat kost agak malam. Yang ada cuma Teh SARA, sementara itu tiap Minggu pagi Tante mengikuti senam aerobik dan disambung arisan RT/RW. Katanya, Tante akan pulang agak sore. Ya, daripada nggak ada acara, akhirnya aku menuju ke dapur. Kulihat Teh SARA sedang mempersiapkan makan siang. Kulihat Teh SARA tersenyum penuh arti. Tanpa basa-basi, kupeluk Teh SARA dan kutarik ke kamarnya. Begitulah, tanpa halangan yang berarti, aku dan Teh SARA hari itu bersuka cita menikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh SARA yang ukurannya kecil itu, di tempat tidur tanpa kasur, untuk yang kedua kalinya aku menggeluti Teh SARA. Lagi-lagi Teh SARA mengucapkan terima kasih karena aku telah berkali-kali memberikan kepuasan batin yang selama beberapa bulan ini tidak pernah dilakukan suaminya.
Malam harinya, Tante MIRA mendatangi kamarku dan mengajak begituan lagi. Ya, kapan lagi. Tanteku tergolong masih muda, cantik, seksi. Kami berdua benar-benar memperoleh kepuasan lahir dan batin.
san begitu seterusnya.. salama saya berasa di rumah Tante MIRA.
​
**TAMAT**
Kenikmatan tubuh sahabat & Dosen Ku
Saya mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, dan sudah saatnya melaksanakan tugas akhir sebagai prasyaratan kelulusan. Saya kebagian seorang dosen yang asyik dan kebetulan adalah seorang ibu muda. Rumi namanya, di awal umur 35thn, luar biasa cantiknya dan sangat cerdas.
Bersuami seorang dosen pula yang kebetulan adalah favorit anak-anak karena moderat dan sangat akomodatif. Singkat kata banyak teman-temanku yang sedikit iri mengetahui aku kebagian pembimbing Ibu Rumi.
“Dasar lu… enak amat kebagian ibu yang cantik jelita & montok…” Kalau sudah begitu aku hanya tersenyum kecil, toh bisa apa sih pikirku.
Proses belajar dengan Ibu Rumi sangat mengasyikkan, sebab selain beliau berwawasan luas, aku juga disuguhkan kemolekan tubuh dan wajah beliau yang diam-diam kukagumi. Setiap pertemuan membawa kami berdua semakin akrab satu sama lain. Bahkan suatu saat, aku membawakan beberapa kuntum bunga mawar yang kutahu sangat disukainya. Sambil tersenyum dia berucap, “Kamu mencoba merayu Ibu, Rud?”
Aku ingat wajahku waktu itu langsung memerah dan untuk menghilangkan grogiku, aku langsung menggelar gambar dan bertanya sana-sini. Tapi tak urung kuperhatikan ada binar bahagia di mata beliau. Setelah kejadian itu setiap kali asitensi aku sering mendapati beliau sedang menatapku dengan pandangan yang entah apa artinya, beliau makin sering curhat tentang berbagai hal. Asistensi jadi ngelantur ke bermacam subyek, dari masalah di kantor dosen hingga anak tunggalnya yang baru saja mengeluarkan kata pertamanya. Sesungguhnya aku menyukai perkembangan ini namun tak ada satu pun pikiran aneh di benakku karena hormat kepada beliau.
Hingga… pada saat kejadian. Suatu malam aku belajar agak sedikit larut malam dan beliau memang masih ada di kantor pukul 9.30 malam itu. Yang pertama terlihat adalah bibir manisnya yang indah itu sedikit merah dan sembab. “Wah, saat yang buruk nih”, pikirku. Tapi dia menunjuk ke kursi dan sedikit tersenyum jadi kupikir tak apa-apa bila kulanjutkan. Setelah segala proses aktifitas belajarku berakhir aku memberanikan diri bertanya, “Ada apa Bu? Kok kelihatan agak sedih?”
“Ah biasalah Rud, cuma masalah biasa.”
Ya sudah kalau begitu aku segera beranjak dan membereskan segala kertasku. Dia terdiam lama dan saat aku telah mencapai pintu, barulah…
“Kaum Pria memang selalu egois ya Rud?”
Aku berbalik dan setelah berpikir cepat kututup kembali pintu dan kembali duduk dan bertanya hati-hati.
“Kalau boleh saya tahu, kenapa Ibu berkata begitu? Sebab setahu saya perempuan memang selalu berkata begitu, tapi saya tidak sependapat karena certain individual punya ego-nya sendiri-sendiri, dan tidak bisa digolongkan dalam suatu kategori tertentu.”
Matanya mulai hidup dan kami beradu argumen panjang tentang subyek tersebut dan ujung-ujungnya terbukalah rahasia perkawinannya yang selama ini di sembunyikan. Iya, bahwa pasangan tersebut kelihatan harmonis, mereka kaya raya, keduanya berparas enak di pandang, dan berbagai hal lain yang bisa membuat pasangan lain iri melihat keserasian mereka berdua. Namun semua itu tidak bisa menutupi sebuah masalah mendasar bahwa tidak ada cinta diantara mereka. Mereka berdua dijodohkan oleh orang tua mereka yang sangat konservatif dan selama ini keduanya hidup dalam kepalsuan. Hal ini diperburuk oleh kasarnya perlakuan suami beliau di rumah terhadap Bu Rumi (fakta yang sedikit membuatku terhenyak, kaget betapa palsunya manusia sebab selama ini di depan kami beliau terlihat sebagai sosok yang berjiwa bersahabat).
Singkat kata beliau sambil terisak menumpahkan isi hatinya malam itu dan itu semua membuat dia sedikit lega, serta membawa perasaan aneh bagiku, membuat aku merasa penting dan dekat dengan beliau. Kami memutuskan untuk jalan malam itu, ke Lembang dan beliau memberi kehormatan bagiku dengan ikut ke sedan milikku. Sedikit gugup kubukakan pintu untuknya dan tergesa masuk lalu mengendarai mobil dengan ekstra hati-hati. Dalam perjalanan kami lebih banyak diam sambil menikmati music yang mengalun lembut . Kucoba sedikit bercanda dan menghangatkan suasana dan nampaknya lumayan berhasil karena beliau bahkan sudah bisa tertawa kecil sekarang.
“Kamu pasti sudah punya pacar ya Rud?”
“Eh eh eh”, aku gelagapan.
Iya sih emang, bahkan ada beberapa, namun tentu saja aku tak akan mengakui hal tersebut di depannya.
“Nggak kok Bu… belum ada… mana laku aku, Bu…” balasku sambil tersenyum lebar.
“Huuu, bohong!” teriaknya sambil dicubitnya lengan kiriku.
“Cowok kayak kamu pasti playboy deh… ngaku aja!”
Aku tidak bisa menjawab, kepalaku masih dipenuhi fakta bahwa beliau baru saja mencubit lenganku. aduh, alangkah berdebar dadaku dibuatnya. Beda bila teman wanitaku yang lain yang mencubit.
Malam telah tiba dan sudah waktunya beliau kuantar pulang setelah menikmati jagung bakar dan bandrek berdua di warung. Daerah kota tujuannya dan saat itu sudah jam 00.24 malam ketika kami berdua mencapai gerbang rumah beliau yang elit.
“Mau nggak kamu mampir ke rumahku dulu, Rud?” ajaknya.
“Loh apa kata Bapak entar Bu?” tanyaku.
“Ah Bapak lagi ke Makasar kok, penelitian.”
Hm… benakku ragu namun senyum manis yang menghiasi bibir beliau membuat bibirku berucap mengiyakan. Aku mendapati diriku ditarik-tarik manja oleh beliau ke arah ruang tamu di rumah tersebut akan tetapi benakku tak habis berpikir, “Duh ada apa ini?”
Sesampainya di dalam, “Sst… pelan-pelan ya… Netti pasti lagi lelap.” Kami beringsut masuk ke dalam kamar anaknya dan aku hanya melihat ketika beliau mengecup kening putrinya yang manis itu dengan lembut.
Kami berdua bergandengan memasuki ruang keluarga dan duduk bersantai lalu mengobrol lama di sana. Beliau menawarkan segelas air putih. “Aduh, apa yang harus aku lakukan”, pikirku.
Entah setan mana yang merasuki ku ketika beliau hendak duduk kembali di sofa yang tebal itu, aku merengkuh tubuhnya dalam sekali gerakan dan merangkulnya dalam pangkuanku.
Beliau hanya terdiam sejenak dan berucap, “Kita berdua telah sama-sama dewasa dan tahu kemana ini menuju bukan?” Aku tak menjawab hanya mulai membetulkan uraian rambut beliau yang jatuh tergerai dan membawa tubuh moleknya semakin erat ke dalam pelukanku, dan kubisikkan di telinganya, “Rudi sangat sayang dan hormat pada Ibu, oleh karenanya Rudi tak akan berbuat macam-macam.” anehnya saat itu sesuatu mendesakku untuk mengecup lembut cuping telinga dan mengendus leher hingga ke belakang kupingnya. Kulihat sepintas beliau menutup kelopak matanya dan mendesah lembut. “Kau tahu aku telah lama tidak merasa seperti ini Rudi…” Kebandelanku meruyak dan aku mulai menelusuri wajah beliau dengan bibir dan lidahku dengan sangat lembut dan perlahan. Setiap sentuhannya membuat sang ibu merintih makin dalam dan beliau merangkul punggungku semakin erat. Kedua tanganku mulai nakal merambah ke berbagai tempat di tubuh beliau yang mulus wangi dan terawat.
Aku bukanlah pecinta ulung,. “Tunggu ya Rud… ibu akan mandi dulu.” Ugh apa yang terjadi, aku tersadar dan saat beliau masuk ke dalam, tanpa pikir panjang aku beranjak keluar dan segara berlari ke mobil dan memacunya menjauh dari rumah Ibu Rumi dosenku, sebelum segalanya telanjur terjadi. Aku terlalu menghormatinya dan… ah intinya berat bagiku untuk mengkhianati kepercayaan yang telah beliau berikan juga suaminya. Sekilas kulihat wajah ayu beliau mengintip lewat tirai jendela namun kutegaskan hatiku untuk memacu mobil dan melesat ke rumah wati.
Sepanjang perjalanan hasrat yang telah terbangun dalam diriku memperlihatkan pengaruhnya. Aku tak bisa konsentrasi, segala rambu-rambu kuterjang dan hanya dewi penyelamat yang bisa menyebabkan aku sampai dengan selamat ke villa wati. Wati adalah seorang gadis yang aduhai seksi dan menggairahkan, pacar temanku. Namun sejak dulu dia telah mengakui kalau Wati menyukaiku. Bahkan dia telah beberapa kali berhasil memaksa untuk bercumbu denganku. Hal yang kupikir tak ada salahnya sebagai suatu pelatihan buatku. Aku mengetuk pintu kamar Villa itu tanpa jawaban, kubuka segera dan Wati sedang berjalan ke arahku, “Sendirian?” tanyaku. Wati hanya mengangguk dan tanpa banyak ba bi bu, aku merangsek ke depan dan kupagut bibirnya yang merah menggemaskan. Kami berciuman dalam dan bernafsu. “Kenapa Rud?” di sela-sela ciuman kami, Wati bertanya, aku tak menjawab dan kuciumi dengan buas leher Wati, hingga dia gelagapan dan menjerit lirih. Tangan kananku membanting pintu sementara tangan kiriku dengan cekatan mendekap Wati makin erat dalam pelukanku. “Brak!” kurengkuh Wati, kuangkat dan kugendong ke arah kasur. “Ugh buas sekali kamu Rud…” Sebuah senyum aneh menghiasi wajah Wati yang jelita.
​
Kurebahkan Wati dan kembali kami berpagutan dalam adegan erotis yang liar dan mendebarkan. Aku bergeser ke bawah dan kutelusuri kaki Watu yang jenjang dengan bibirku dan kufokuskan pada bagian paha dalamnya. Kukecup mesra betis kanannya. Wati hanya mengerang keenakan sambil cekikikan lirih karena geli. Kugigit-gigit kecil paha yang putih dan mulus memikat itu sambil tanganku tak henti membelai dan merangsang Wati dengan gerakan-gerakan tangan dan jari yang memutar-mutar pada payudaranya yang seksi dan ranum. Dengan sekali tarik, piyama yang dikenakannya terlepas dan kulemparkan ke lantai, sementara aku bergerak menindih Wati.
Kami saling melucuti hingga tak ada sehelai benang pun yang menjadi pembatas tarian kami yang makin lama makin liar. “Rud ahhh… Rud… Rud…” Wati terus berbisik lirih ketika kukuakkan kedua kakinya dan aku menuju kewanitaannya yang membukit menantang. Kusibakkan rambutnya yang lebat namun rapih dan serta merta aromanya yang khas menyeruak ke hidungku. Bentuknya begitu menantang sehingga entah kenapa aku langsung menyukainya.
Kuhirup kewanitaan Wati dengan keras dan lidahku mulai menelusuri pinggiran labido minora-nya yang telah basah oleh cairan putih bening dengan wangi menggairahkan. Kubuka kedua kaki-nya dengan jemariku dan kususupkan lidahku pelan diantaranya menyentuh klitorisnya yang telah membesar dan kemerahan.
“Aaagh…” Wati menjerit tertahan, sensasi yang dirasakannya begitu menggelora dan semakin membangkitkan semangatku. Detik itu juga aku memutuskan untuk melepas status keperjakaanku yang entah apalah artinya. Sejenak pikiranku melambung pada Ibu Rumi, ah apa yang terjadi besok? Kubuang jauh-jauh perasaan itu dan kupusatkan perhatianku pada gadis cantik molek yang terbaring pasrah dan menantang di hadapanku ini.
Wati pun okelah. Malam ini aku akan bercinta dengannya. Dengan ujungnya yang kuruncingkan aku menotolkan lidahku ke dalam kewanitaan Tina hingga ia melenguh keras panjang dan pendek.
Lama, aku bermain dengan berbagai teknik yang kupelajari dari buku. Benar kata orang tua, membaca itu baik untuk menambah pengetahuan. Kuhirup semua cairan yang keluar dari miss V nya dan semakin dalam aku menyusupkan lidahku menjelajahi permukaan yang lembut itu semakin keras lenguhan yang terdengar dari bibir Wati. Aku naik perlahan dan kuciumi pusar, perut dan bagian bawah payudaranya yang membulat tegak menantang. Harus kuakui tubuh molek Wati, pacar temanku ini sungguh indah. Lidahku menjelajahi permukaan beledu itu dengan penuh perasaan hingga sampai ke puting payudaranya yang kecoklatan. Aku berhenti, kupandangi lama hingga Wati berteriak penasaran, “Ayo Rud… tunggu apa lagi sayang.”
Aku berpaling ke atas, di hadapanku kini wajah putih jelitanya yang kemerahan sambil menggigit bibir bawahnya karena tak dapat menahan gejolak di dadanya. Hmm… pemandangan yang jarang-jarang kudapat pikirku. Tanganku meraih ke samping, kusentuh pelan putingnya yang berdiri menjulang sangat menggairahkan dengan telunjukku. “Aaah Rud… jangan bikin aku gila, please Rud…” Dengan gerakan mendadak, aku melahap puting tersebut mengunyah, mempermainkan, serta memilinnya dengan lidahku yang cukup mahir. (Aku tahu Wati sangat sensitif dengan miliknya yang satu itu, bahkan hanya dengan itupun Wati dapat orgasme saat kami sering bercumbu dulu).
Dia menjerit-jerit kesenangan. Kebahagian melandanya hingga ia maju dan hendak merengkuh badanku.
“Eit, tunggu dulu Nona… jangan terlalu cepat sayang”, aku menjauh dan menyiksanya, biar nanti juga tahu rasanya multi orgasme.
Nafas Wati yang memburu dan keringat mengucur deras dari pori-porinya cukup kurasa. Aku bangkit dan pergi ke dapur kecil minum segelas air dingin. “Jaaahat Rud… jahaat…” kudengar seruannya. Saat aku balik, tubuhnya menggigil dan tangannya tak henti merangsang kewanitaanya. Aku benci hal itu, dan kutepis tangannya, “Sini… biar aku…” Aku kembali ke arah wajahnya dan kupagut bibirnya yang merah itu dan kami bersilat lidah dengan semangat menggebu-gebu. Kuraih tubuh mungilnya dalam pelukanku dan kutindih pinggulnya dengan badanku. “Uugh…” dia merintih di balik ciuman kami. Kedua bibir kami saling melumat dan menggigit dengan lincahnya, seolah saling berlomba.
Birahi dan berbagai gejolak perasaan mendesak sangat dahsyat.
Sangat intensif menggedor-gedor seluruh syaraf kami untuk saling merangsang dan memuaskan sang lawan. Kejantananku minta perhatian dan mendesak-desak hingga permukaannya penuh dengan guratan urat yang sangat sensitif. Duh… saatnya kah? aku bimbang sejenak namun kubulatkan tekadku dan dengan segera aku menjauh dari Wati. Tanpa disuruh lagi Wati meregangkan kedua pahanya dan menyambut kesediaanku dengan segenap hati. Punggungnya membusur dan bersiap. Sementara aku menyiapkan batang kemaluanku dan membimbingnya menuju ke pasangannya yang telah lumer licin oleh cairan kewanitaannya. Ohhhhhhhh… sensasi yang saat itu kurasakan sangat mendebarkan, saat-saat pertamaku.
Gigitan bibir bawahnya menunjukkan ketidak sabarannya dan dengan kedua betisnya dia mendesak pinggulku untuk bergerak maju ke depan. Akhirnya keduanya menempel. Kubelai-belaikan permukaan kepala kejantananku ke klitorisnya dan Wati teriak, masa sih begitu sensasional? Biasa sajalah. Kudesak ke depan perlahan (aku tahu ini merupakan hal pertama bagi dia juga) sial… mana muat? Ah pasti muat. Kusibakkan dengan kedua jemariku sambil pinggulku mendesak lagi dengan lembut namun mantap. Membelalak mata Wati ketika batang kemaluanku telah menyeruak di antara celah kewanitaannya.
Sambil matanya mendelik, menahan nafas dan menggigit-gigit bibir bawahnya, Dia membimbing dengan memegang batang kemaluanku, “Hmm… Rud? jangan ragu sayang…” Dengan mantap aku menghentakkan pinggulku ke depan agar Dia menjerit. Loh sepertiganya telah amblas ke dalam. Hangat, basah, ketat sangat sensasional. Pinggang kugerakkan ke kiri dan ke kanan. Sementara Dia kepedasan dan air matanya sedikit mengintip dari ujung matanya yang berbinar indah itu.
“Kenapa sayang?” tanyaku.
“Nggak pa-pa Rud… terusin aja sayang… Aku adalah milikmu, semuanya milikmu…”
“Sungguh…”
Aku tahu pastilah mengharukan bagi gadis manapun meski sebandel Wati, apabila kehilangan keperawanannya. Maka untuk menenangkannya aku merengkuh tubuhnya dan kuangkat dalam pelukan, proses itu membuat kemaluanku semakin dalam merasuk ke dalam. Dia mendelik keenakan, matanya yang indah merem melek dan bibirnya tak henti mendesah, “Rud sayaaang… ugh nikmatnya.” Saat itu aku sedang memikirkan Ibu Rumi. Aneh, mili demi mili batang kemaluanku menghujam deras ke dalam diri Wati dan semakin dalam serta setiap kali aku menggerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan sekujur tubuh Watipun bergetar, bergidik menggelinjang keras, lalu kudesak ke dalam sambil sesekali kutarik dan ulur.
Dia menjerit keras sekali dan kubungkam dengan ciumanku, glek…. Aku tak menyangka sedemikian ketatnya kewanitaan Wati, hingga kemaluanku serasa digenggam oleh sebuah mesin pemijat yang meski rapat namun memberikan rasa nyaman dan nikmat yang tak terkira. Pelumasan yang kulakukan telah cukup sehingga kulit permukaannya kuyakin tidak lecet sementara perjalanan batang kemaluanku menuju ke akhirnya semakin dekat. Hangat luar biasa, hangat dan basah menggairahkan, tulang-tulangku seakan hendak copot oleh rasa ngilu yang sangat bombastis.
“Eh… Wati sayang… kasihan kamu, kelihatan sangat menderita, meski aku tahu dia sangat menikmatinya”. Wajahnya bergantian mengerenyit dan membelalak hingga akhirnya telah cukup dalam, kusibakkan liang kemaluan Wati-ku tersayang dengan batang kemaluanku hingga bersisa sedikit sekali di luarnya. Wati merintih dan membisikkan kata-kata sayang yang terdengar bagai musik di telingaku. Aku mendenyutkan kemaluanku dan menggerakkannya ke kiri dan ke kanan bersentuhan dengan hampir seluruh permukaan dalam rahimnya, mentokkah?
Berbagai tonjolan yang ada di dalam lubang kemaluannya kutekan dengan kemaluanku, hingga Wati akan menjerit lagi, namun segera kubungkam lagi dengan ciuman yang ganas pada bibirnya.
Kutindih dia, kutekan badannya hingga melesak ke dalam kasur yang empuk dan kusetubuhi dirinya dengan nafsu yang menggelegak. Dengan mantap dan terkendali aku menaikkan pinggulku hingga kepala kemaluanku nyaris tersembul keluar. Ahhhhh, sensasinya dan segera kutekan lagi, oooh pergesekan itu luar biasa indah dan nikmat.
Gadis seksi yang ranum itu merem melek keenakan dan ritual ini kami lakukan dengan tenang dan santai, berirama namun dinamis. Pinggulnya yang montok itu kuraih dan kukendalikan jalannya pertempuran hingga segalanya makin intens ketika sesuatu yang hangat mengikuti kontraksi hebat pada otot-otot kewanitaannya meremas-remas batang kemaluanku, serta ditingkahi bulu mata Wati yang bergetar cepat mendahului aroma orgasme yang sedang menjelangnya.
“Shhs sayang … jangan dulu ya sayang ya…”
“Shhh… Rud… nggak tahan aku… Ruuuud… shhhh…”
“Cup cup… sayang…” kukecup lembut matanya, bibirnya, hidungnya, dan keningnya.
Wati mereda, aku berhenti.
“Rud… kamu tega ih…” Wati cemberut sambil menarik-narik bulu jembit ku.
“Sshhh sayangku… biar aja, entar kalo udah meledak pasti nikmat deh… minum dulu yuk sayang…”
Aku menarik keluar batang kemaluanku, aku tak mau tumpah, meski demikian saat aku menarik kemaluanku, ia memelukku dengan kencang hingga terasa sakit menahan sensasi luar biasa yang barusan dia rasakan.Sembari minum aku menarik nafas panjang dan meredakan pula gejolak nafsuku, aku mau yang pertama ini jadi indah untuk kami berdua. Sial, ingatanku kembali melayang ke Ibu Rumi. Apa yang sekarang dia lakukan? Bagaimana keadaan dia? Ah urusan besok sajalah. Dengan melompat aku merambat naik lagi ke tubuh Wati yang sedang tersenyum nakal.
“Mau Minum sayang…” dia merenggut air dan minum dengan cepat.
“Ayo Rud… jangan jahat dong…”
Dengan satu gerakan cepat aku menyelipkan diri di antara kedua kakinya seraya membelainya cepat dan meletakkan kemaluanku ke perbukitan yang ranum itu. Cairan putih yang kental terlihat meleleh keluar.
Kusibakkan kewanitaannya, dan dengan cepat kutelusupkan batang kemaluanku ke dalamnya. Ugh, berdenyut keduanya masuklah ia, dengan mantap kudorong pinggulku mengayuh ke depan. Wati pun menyambutnya dengan suka cita,alhasil dengan segera dia telah masuk melewati liang yang licin basah dan hangat itu ke dalam diri Wati dan bersarang dengan nyamannya.
Menyusuri kelembutan dan bagai mendaki puncak perbukitan yang luar biasa indah, kami berdua bergerak secara erotis, bersama-sama menggapai-gapai ke puncak kenikmatan yang tiada tara. Gerakan batang kejantananku dan pergesekannya dengan ‘diri’ Wati sungguh sulit digambarkan dengan kata-kata. Kontraksi yang tadi telah reda mulai lagi mendera dan menambah nikmatnya pijatan yang dihasilkan pada batang kemaluanku. Tanganku menghentak menutup mulutnya saat Wati menjerit keras dan melenguh keenakan. Lama kutahan dengan mencoba mengalihkan perhatian kepada berbagai subyek non erotis..
Pikiran Aku tiba-tiba jadi buntu, Yap… Ah, nikmati saja, keringat kami yang berbaur seiring dengan pertautan tubuh kami yang seolah tak mau terpisahkan, gerakan pinggulnya yang aduhai, aroma persetubuhan yang kental di udara, jeritan-jeritan lirih tanpa arti yang hanya dapat dipahami oleh dua makhluk yang sedang memadu cinta, perjalanan yang panjang dan tak berujung. Hingga desakan itu tak tertahankan lagi seperti bendungan yang bobol, kami berdua menjerit-jerit tertahan dan mendelik dalam nikmat yang berusaha kami batasi dalam suatu luapan ekspresi jiwa. Wati jebol, berulang-ulang, berantai, menjerit-jerit, deras keluar memancarkan cairan yang membasahi dan menambah kehangatan bagi batang kemaluanku yang juga tengah meregang-regang dan bergetar hendak menumpahkan setampuk benih. Kontraksi otot-otot panggulnya dan perubahan cepat pada denyutan liang kemaluannya yang hangat dan ketat menjepit batang kemaluanku. Akh, aku tak tahan lagi.
Di detik-detik yang dahsyat itu aku mengingat Rumi yang telah aku kecewakan, tapi hanya sesaat ketika pancaran itu mulai menjebol tak ada yang dibenakku kecuali… kenikmatan, lega yang mengawang dan kebahagiaan yang meluap. Aku melenguh keras dan meremas bahu dan pantat sekal Wati yang juga tengah mendelik dan meneriakkan luapan perasaannya dengan rintihan birahi. Berulang-ulang muncrat dan menyembur keluar tumpah ke dalam liang senggama sang gadis manis dan seksi itu. ahhhhhh… nikmat luar biasa.
Lemas yang menyusul secara tiba-tiba mendera sekujur tubuhku hingga aku jatuh dan menimpa Wati yang segera merangkulku dan membisikkan kata-kata sayang. “Enak sekali Rud, duh Gusti…” Aku menjilati lehernya dan membiarkan batang kemaluanku tetap berbaring dan melemas di dalam kehangatan liang kewanitaannya (ya ampun sekarang pun aku mengingat kemaluan Wati dan aku bergidik ingin mengulang lagi).
Denyut-denyut itu masih terasa, membelai kemaluanku dan menidurkannya dalam kelemasan dan ketentraman yang damai. Kugigit dan kupagut puting payudara Wati dengan gemas. Wati membalas menjewer kupingku, meski masih dalam tindihan tubuhku.
“Rud sayang… kamu bandel banget deh… ”
Ironisnya lagi, kami selalu melakukannya berulang-ulang setiap ada kesempatan. Bagai tak ada esok, dengan berbagai gaya dan cara tak puas-puasnya. Di lantai, di dapur, di kasur, di bath tub, bahkan di kedinginan malam teras belakang Villa sambil tertawa cekikikan. Rasa khawatir ketahuan yang diiringi kenikmatan tertentu memacu adrenalin semakin deras, yang segalanya membuat gairah.
Tak kusangka kami terkuras habis, lelah tak tertahan namun pagi telah menjelang dan aku harus bertemu dengan Ibu Rumi. Aku bergerak melangkah menjauhi tempat tidur meskipun dengan lutut lemas seperti karet dan tubuhku limbung. Kamar mandi tujuanku. Segera saja aku masuk ke dalam bath tub dan mengguyur sekujur tubuh telanjangku dengan air dingin. Biurrr… lemas yang mendera perlahan terangkat seiring dengan bangkitnya kesadaranku. Sambil berendam aku mengingat kembali kilatan peristiwa yang beberapa hari ini terjadi.
Semenjak saat itu asistensiku dengan Ibu Rumi berlangsung beku, dan dia terlihat dingin sekali, sangat profesional di hadapanku. Beliau kembali memangilku dengan anda, bukan panggilan manja Rud lagi seperti dulu. Aku serba salah, tidak sadarkah dia kalau aku pulang malam itu karena menghormati dan menyayanginya? Hingga dua hari menjelang sidang akhir, dan keadaan belum membaik, gambarku selesai namun belum mendapat persetujuan dari Bu Rumi. Kuputuskan untuk berkunjung ke rumahnya, meski aku tak pasti apakah Suaminya ada di sana atau tidak.
Hari itu mobilku dipinjam oleh teman dekatku, sementara siangnya hujan rintik turun perlahan. Uhhh, memang aku ditakdirkan untuk gagal sidang kali ini. Bergegas kucegat angkot dan dengan semakin dekatnya kawasan tempat tinggal beliau, semakin deg-degan debar jantungku. Kucoba mengingat seluruh kejadian semalam saat aku dan WAti bercinta untuk kesekian kalinya, untuk mengurangi keresahanku. Aku turun dari angkot dalam derasnya hujan dan dengan sedikit berlari aku membuka gerbang dan menerobos ke dalam pekarangan.
Basah sudah bajuku, Kubunyikan bel dan menanti. Bagaimana kalau beliau keluar? bagaimana kalau Suaminya ada di rumah? dan beratus what if berkecamuk sampai aku tak menyadari kalau wajah jelita dan tubuh molek Ibu Rumi telah berdiri beberapa meter di depanku. Saat aku sadar senyumnya masih dingin, tapi ada rasa kasihan terbesit tampak dari wajah keratonnya yang selama ini selalu menghiasi mimpi-mimpiku. Aku hanya bisa, “Maafkan saya…”
Tubuhku yang menggigil kedinginan dan kuyup itu sepertinya menggugah rasa iba di hati beliau dan aku mendapati beliau tersenyum dan berkata, “Sudah Rud, cepat masuk, ganti baju sana… dua hari lagi kamu sidang loh… entar kalo sakit kan Ibu juga yang repot.” Uuuh, leganya beban ini telah terangkat dari dadaku, dan aku menghambur masuk. “Maaf Bu, saya basah kuyup.” Beliau masuk ke dalam dan segera membawakan handuk untukku. “Sana ke kamar dan ganti baju gih, pake aja kaus-kaus Bapak.” Kuberanikan diri, mendoyongkan tubuh dan mengecup keningnya, “Terima kasih banyak Bu…” Sang ibu sedikit terperangah dan kemudian menepis wajahku. “Sudah sana, masuk… ganti baju kamu.” Dengan sedikit cengengesan aku masuk ke dalam dan mengeringkan tubuhku, dan mengganti baju dengan kaus yang sungguh pas di badanku.
Segera aku keluar dan mencari Ibu Rumi. Beliau sedang berada di dapur mencoba membuatkan secangkir teh panas untukku. Aduuh, aku sedikit terharu. Dengan beringsut aku mendekatinya dan merangkul beliau dari belakang. Dengan ketus beliau menepis tubuhku dan menjauh.
“Rudd… kamu pikir kamu bisa seenaknya saja begitu.” Aku terdiam.
“Saya minta maaf Bu, waktu itu saya pergi karena Saya tak sanggup Bu… Ibu, orang yang paling saya hormati dan sayangi, mungkin Saya butuh waktu, Bu…” sambil berkata demikian aku mendekatinya dan memegang pundak kanan beliau dan memberi sedikit pijatan lembut. Beliau tergetar dan tampak sedikit melunak.
Aku mendekat lagi, “Ibu mau maafin Rudi?” sambil kutatap tajam matanya, kemudian perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajah ayu sang ibu.
“Tapi Rud…”
Beliau kelihatan bingung, namun kecupan lembutku telah bersarang lembut pada keningnya. Kurengkuh Rumi yang ranum itu dalam pelukanku dan ku usap-usapkan kelopak bibirku pada bibirnya dan kukecup dan kugigit-gigit bibir bawahnya yang merah merekah itu. Nafas Rumi sedikit memburu dan bibirnya merekah terbuka.
Semula sedikit pasif ciuman yang kuterima, kemudian lidahku menelusup ke dalam dan menyentuh giginya yang putih, mencari lidahnya. Getar-getar yang dirasakannya memaksa Rumi untuk memerima lidahku dan saling bertautlah lidah kami berdua, menari-nari dalam kerinduan dan rasa sayang yang sulit dimengerti. Bayangkan beliau adalah dosenku yang kuhormati, yang meskipun cantik jelita, putih dan mempesona menggairahkan, namun tetap saja adalah orang yang seharusnya kujunjung tinggi
“Jangan di sini Rud, Netty bisa datang kapan saja.”
Kutebak Netty adalah nama pembantu mereka.
“Bapak?”
“Ah biarkan saja dia”, kata dosen pujaanku itu.
Ditariknya tanganku ke arah kamarnya yang mereka rancang berdua.
“Buu… Bapak di mana?”
Wanita matang yang luar biasa cantik itu berbalik bertanya, “Kenapa, kamu takut? Pulang sana, kalau kamu takut.”
Ah, kutenangkan hatiku dan yakin dia pasti juga tidak akan membiarkan ada konfrontasi di rumah mereka. Jadi aku medahului Rumi (sekarang aku hanya memanggil beliau dengan nama Rumi atas permintaannya. Di samping itu, Rumi pun tak berbeda jauh umur denganku) dan dalam satu gerakan tangan, Rumi telah ada dalam pondonganku, kemudian kuciumi wajahnya dengan mesra, lehernya, dan sedikit belahan di dadanya. Menjelang dekat dengan tempat peraduan, Rumi kuturunkan dan aku mundur memandanginya seperti aku memandanginya saat pertama kali. Semula Rumi sedikit kikuk.
“Kenapa? Aku cantik kan?”
Dia gemulai seolah sedang menari, duh Gusti… cantik sekali. Ia mengenakan daster panjang berwarna light yang menerawang.
Kupastikan Rumi tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya. Payudaranya bulat dan terawat, pinggulnya selalu membuat para mahasiswi iri bergosip dan mahasiswa berdecak kagum. Aku sekonyong-konyong melangkah maju dan dengan lembut kutarik ikatan di belakang punggungnya, hingga bagaikan adegan slow motion daster tersebut perlahan jatuh ke lantai dan menampilkan sebuah pemandangan menakjubkan, luar biasa indah. Tubuh telanjang Bu Rumi yang menggairahkan. Tanpa tunggu lebih lama aku kembali melangkah ke depan dan kami berpagutan mesra, lembut dan menuntut.
Mendesak-desak kami saling mencumbu. Ciuman terdahsyat yang pernah kualami, sensasinya begitu memukau. Lidahnya menerobos bibirku dan dengan penuh nafsu menyusuri permukaan dalam mulutku. Bibirnya yang mungil dan merah merekah indah kulumat dengan lembut namun pasti. Impian yang luar biasa ini, saat itu aku bahkan hendak mencubit lengan kiriku untuk meyakinkan bahwa ini bukanlah mimpi. Rani melucuti pakaianku dan meloloskan kaosku, sambil sesekali berhenti mengagumi gumpalan-gumpalan otot pada dadaku yang cukup bidang dan perutku yang rata karena sering didera push-up.
Kami berdua sekarang telanjang bagai bayi. Ada sedikit ironi pada saat itu, dan kami berdua menyadarinya dan tersenyum kecil dan saling menatap mesra. Aku menggenggam kedua tangannya dan mengajaknya berdansa kecil, eh norak tapi romantis. Rumi tergelak dan menyandarkan kepalanya ke dadaku dan kami ber-slow dance di sana, di kamar itu, aku dan Rani, tanpa pakaian.Batang kemaluanku tanpa malu-malu berdiri dengan tegaknya, dan sesekali disentil oleh tangan lentik Rumi. Dengan perutnya ia mendesak batang kemaluanku ke atas dan menempel mengarah ke atas, duh ngilu namun sensasional.
Cerita Dewasa Dosen Muda Saat itu cukup remang karena hujan deras dan cuaca dingin, namun rambut Rumi yang indah tergerai wangi tampak jelas bagiku. Kucium dan kubelai rambutnya sambil kubisikkan kata-kata sayang dan cinta yang selalu dibalasnya dengan… gombal, bohong dan cekikikan yang menggemaskan. Aku semakin sayang padanya.
Ah, aku tak tahan lagi. Kudesak tubuh Rumi ke arah pinggiran peraduan, kubaringkan punggungnya sementara kakinya tergolek menjuntai ke arah lantai. Aku berlulut di lantai dan mengelus-elus kaki jenjangnya yang mulus. Dan mulai mencumbunya.
Kuangkat tungkai kanannya sambil kupegang dengan lembut, kutelusuri permukaan dalamnya dengan lidahku, perlahan dari bawah hingga ke arah pahanya. Pada pahanya yang putih mulus aku melakukan gerakan berputar dengan lidahku. Rumi merintih kegelian. “Ruddd, it feel so good, aku pengen menjerit jadinya…” Saat menuju ke kewanitaannya yang berbulu rapi dan wangi, aku menggunakan kedua tanganku untuk membelai-belai bagian tersebut hingga Rumi melenguh lemah. Lalu sambil menyibakkan kedua labianya, aku menggigit-gigit dan menjepit klitorisnya yang tengah mendongak, dengan lembut sekali. “Aduuuh Rud, aku sampai sayang…” Sejumlah besar cairan kental putih meluncur deras keluar dari dalam liang kewanitaaannya dan dengan segera aroma menyengat merasuk hidungku. Dengan hidungku aku mendesak-desak ke dalam permukaan kewanitaannya. Rani menjerit-jerit tertahan.
“Rudiiiii....gghh… Rud… aduhh…” Dia bangkit meraih dan meremas rambutku kemudian semakin menekannya ke dalam belahan dirinya yang sedang menggelegak. Kuhirup semua cairan yang keluar dari-nya, sungguh seksi rasanya. Aku mengenali wangi ini sangat khas dan menggairahkan. Rumi-ku tersayang juga menyukainya, sampai menitikkan sedikit air mata. Aku naik ke atas dan menenangkan kekasih dan dosenku itu. Dengan wajah penuh peluh Rumi tetaplah mempesona. “Aduh Rud, Rumi udah lama nggak banjir kayak gitu… mungkin perasaan Rumi terlalu meluap ya sayang ya…” Dengan manja ibu yang sehari-harinya tampil anggun itu melumat bibirku dan menciumi seluruh permukaan wajahku sambil cekikikan. Aduuuh, aku sayang sekali sama dosenku yang satu ini. Kudekap Rumi dalam pelukanku erat demikian juga dibalasnya dengan tak kalah gemasnya, sehingga seolah-olah kami satu.
Cerita Dewasa Dosen Muda Aku ingin begini terus selamanya, mendekap wanita yang kusayangi ini sepanjang hayatku kalau bisa, tapi nuraniku berbisik bahwa aku tidak dapat melakukannya. Akhirnya kuliahku telah usai dan nilai yang memuaskan telah kuraih, wisuda telah lama lewat, dan sekarang aku telah menjadi pengusaha muda.
​
​
**TAMAT**
Aku Terbuai Dengan KeCantikan MertuaKuSendiri
​
Aku Sebenarnya tidak ingin sebenernya jalinan pernikahan kami di nodai dengan kata perselingkuhan, kata-kata ini terlihat sangat tidak patut untuk keluarga kami. Apa boleh buat nafsu diriku Lebih tinggi hingga imanku terbobol untuk melakukan perbuatan yang sungguh-sungguh hina dan tidak patut ditiru oleh siapapun.
Dengan seiring berjalan waktu aku semakin tidak terkontrol, ya apa lagi kalau bukan hubungan Sex.
Itu semua karena kesalahanku karena diriku hipersex, kebiasaan jelek yang tidak mampu aku hapus sampai sekarang yaitu menonton vidio porno. bahkan hampir seluruh gaya sex sudah aku praktekan.
Kali aja hal ini yang menjadi pemicu awal dari ketergantungan ku melakukan sex bebas maupun dengan istri sendiri.
Parahnya lagi hati kecilku ingin melampiaskan penis panjang ku ini ke berbagai jenis wanita,baik tua muda. ABG,atau masih dibawah umur.Padahal saat ini aku sudah menikah dengan wanita pilihanku, tapi karena jadwal kerjanya yang terlalu full jadi pertemuan dengan istriku sangatlah singkat.
pulang kerja paling istriku sudah capek. hubungan badan kadang di lalaikannya. inilah yang menjadi problem di dalam keluargaku. Bulan ini mertuaku dikabarkan akan berkunjung kerumahku.Untuk itu istriku hari ini mempersiapkan baik kamar tempat tidur dan berbagai keperluan nya selama tinggal disini.
Ini adalah kesempatan empuk bagiku, tanpa sepengetahuan istriku aku juga menikmati tubuh bahenol mertuaku, menantu gila memang aku ini, setelah anaknya ibunya juga ikut dimakan. Semua memang bagaikan surprise, kejadian ini sungguh diluar batas naluriku.
Mertuaku juga masih mempunyai gairah sex yang sangat luar biasa bahkan istri ku sendiri kayaknya kalah dengan kemampuannya, sudah beberapa kali akhrinya aku berhasil melampiaskan sex ku kepada ibu mertuaku. Dan kali ini kayaknya,Selama satu minggu Ibu Mertuaku berada di Manado, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami.
Apalagi setelah Astrit istriku ditugaskan ke Jakarta selama tiga hari untuk mengerjakan proyek Tanah yang sedang di kerjakan di kantor istriku, Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kami peroleh, kami berdua semakin lupa diri.
Aku dan Ibu mertuaku tidur seranjang, layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus rahim Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal. Setelah istriku kembali dari Jakarta Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa.
Setelah Ibu mertuaku kembali kedesa, hari hariku jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.
Pertengahan Bulan lalu Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami berdua sudah sama sama saling merindukan,
untuk mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.
Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya dijadikan saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah menantunya sendiri.
Atas saran Dokter, menurut dokter di usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk mengambil tindakan. Bu, apa perlu aku datang ke desa? Ibu mertuaku melarang,
Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagi pula ini hanya operasi kecil.Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku. Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu. Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Tukkul.
Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Tukkul boleh entotin Ibu sepuasnya.Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan berkata kalau dia kecolongan.
Gila.. , hubungan gelap antara aku dengan Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku sangat bingung sekali.Saat aku sedang asyik asyiknya melamun memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan oleh suara dering telepon dimejaku. Hallo, selamat pagi. Tukkul Wawana kamu tolong ke ruang Ibu sebentar.Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Sari.
Ibu Sari, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, saat latihan terjun payung di Bogor. Aku taksir, usia Ibu Sari kurang lebih 40 tahun, Ibu Sari seorang wanita yang begitu penuh wibawa, walaupun sudah berusia 40 tahun namun Ibu Sari tetap terlihat cantik, hanya sayang Tubuh Ibu Sari agak gemuk.
Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya. Oh nggak.. , Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Andi sudah selesai kamu kerjakan atau belum?.Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan. Jawabku.
Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?. Tanya Ibu Sari.Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa.Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu.
Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok, Jawabku. Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Sari, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Sari berkata, Makanya kalau selingkuh hati hati dong kull, Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil.
Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa. Dari mana Ibu tahu? tanyaku dengan suara yang terbata bata. Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu.
Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri.
Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Sari adalah atasanku, selain itu Ibu Sari adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah.
Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu...
Terima kasih Bu, jawabku lirih sambil menundukkan mukaku Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK. Tentang apa Bu? tanyaku.
Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak pintanya tegas.
Akupun keluar dari ruangan Ibu Sari dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Sari yang dengan lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya, Tanya Willy sohibku. Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja. Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu. Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Sari denger mati kamu.
Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku, rasanya aku ingin terbang ke desa dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku.
Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan Ibu Sari, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami dengan Ibu mertuaku. uh.. rasanya mau meledak dada ini. Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima.
Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.Kring.. , kuangkat telepon di meja kerjaku. Gimana? Sudah siap, Tanya Ibu Sari. Ya Bu saya siap, Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM Mall. Ternyata Ibu Sari tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan lain.
Dengan menumpang mobil kawanku Willy, aku diantar sampai atm Mall, dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku, akhirnya willy pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang seperti biasanya. Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Sari, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Sari masuk ke halaman dan parkir.
Ibu Sari pun turun dari mobil dan berjalan kearah ATM. Hi.. Tukkul ngapain kamu disini?, sapa Ibu Sari. Aku jadi bingung, namun Ibu Sari mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Sari, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.
Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga, sahutku. Ibu Sari pun bergabung antri di depan ATM. Gimana, temenmu belum datang juga? Saat Ibu Sari keluar dari ruang ATM. Belum Bu.Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah.
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Sari, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Sari sementara Ibu Sari sendiri duduk dibangku belakang. Ayo, Pak dino kita pulang... Iya Nya.. , sahut Pak Dino Untung aku ketemu kamu disini Tukkul Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang.Uh.. batinku Ibu Sari mulai bersandiwara lagi. Memangnya ada apa Ibu mencari saya?.
Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK. Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Sari.
Ayo masuk, ajak Ibu Sari.Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan megah. Aku dan Ibu Sari pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Sari yang begitu mewah.
Selamat sore Nya, Sore nem, Oh ya.. nem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar dino, biar Bapak Tukkul bekerja disana. Baik Nya. Akupun diajak menuju kamar Dino oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Sari. Silakan Denn, ini kamarnya. Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Inem.
Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar. Kring.. , kring.. , kuangkat telepon yang menempel di dinding. Hallo, Tukkul, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di Singapore, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut.
Oh.. iya Bu terimakasih. Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir jam 9 malam tapi Ibu Sari belum muncul juga, yang ada malah Inem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu Sari yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Sari tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Sari datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Sari, walaupun gendut tapi Ibu Sari tetap cantik.
Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Sari berkata kepadaku, Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan. Tapi Bu, protesku.Tukkul, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada main dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu.
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut cd ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku. Sial!, makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Sari saat itu. Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu, bentak Ibu Sari. Mm.. , lumayan juga kontolmu. Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Sari tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
Nah, sekarang ceritakan semuanya.Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami.
Kulihat Ibu Sari mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Sari menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Sari bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah telanjang bulat dihadapanku.
Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran kemulusan tubuh Ibu Sari membuat jantungku turun naik. Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu, bentaknya lagi. Baik Bu, akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Sari menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
Ahh.. , jeritku tertahan saat mulut Ibu Sari mulai mengulum kontolku. Ahh.. Bu.. , nikmat sekali.Kuangkat kepala Ibu Sari, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku. Bu.. kita pindah keranjang saja, pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Sari, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami. Ahh.. , Jerit Ibu Sari saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya. Uhh Pento.. enak.. sayang.
Ketelusuri tubuh Ibu Sari dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Sari yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Sari dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena Ibu Sari sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.
Ahh, jerit Ibu Sari saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai organsmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Sari yang sedang di kocok-kocok dua jari tanganku.
Usahaku berhasil, Ibu Sari memohon agar aku segera memasukan kontolku ke lubang memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku dilubang memek Ibu Sari, tubuh Ibu Sari pun makin menegang.
Aaarrgghh.. Tukkulll, jerit Ibu Sari tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya, Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Sari, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Sari menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Sari kujilati teteknya, kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
Ampun.. Tukkullllll.. ahhhh......
biarkan Ibu istirahat dulu, pintanya. Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Sari tengkurap kini. Jangan dulu Tukk.. kulll.. Ibu lemas sekali. Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Sari pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Sari. Kutekan dengan keras dan..
Blesss masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Sari. Iiihh.. Tukk.. kull.. kamu.. jahat. Akupun mulai mengeluar masukan kontol ku ke lubang memek Ibu Sari, orang yang paling di takuti dikantorku sekarang ini sedang bertekuk lutut di hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku.
Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Sari, bunyi plok.. plok.. plookkkk....
akibat beradunya pantat Ibu Sari dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku. Uhh.. , jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut. Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Sari pun makin belingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. .
Dan croooot.. croooot, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Sari, beberapa detik kemudian Ibu SAri pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Sari tidak peduli apakah Inem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.Ibu Sari rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus memeluk tubuh gendut Ibu Sari.
Nikmat sekali.. , Orgasme yang baru saja kami raih bersamaan, kulihat Ibu SAri sudah lelap tertidur, dari celah belahan memek Ibu Sari, air maniku masih mengalir, aku benar benar puas karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat lemas.
Kuciumi kembali tubuh Ibu Sari, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu Sari agar telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di lubang memek Ibu SAri.Uhh... ohhhhh.... Tukkulll.. Ibu lelah sekali sayang, Lirih sekali suara Ibu Sari.
Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Sari, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Sari terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku, rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan org pingsan, tanpa perlawanan Ibu Sari hanya memejamkan matanya.
Kukocok dengan cepat dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Sari.. , dan langsung ku cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Sari.Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Sari, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah satu malam, buru buru aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.
Bu.. Bu.. Sari bangun Bu.. . Akhirnya dengan malas Ibu Sari pun membuka matanya. Sudah malam Bu saya mau pulang. Tukkul kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi. Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar. Tunggu sebentar ya Tukkul, kemudian Ibu Sari masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Sari keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.
Ini untuk kamu. Apa ini Bu?, Tanyaku, saat Ibu Sari menyodorkan sebuah amplop kepadaku. Aku menolak pemberian Ibu Sari, namun Ibu Sari terus memaksaku untuk menerimanya. Terpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Sari lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.
Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Sari. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya.
​
***TAMAT***
Nikmatnya Rasa Perawan Mina Pembantu-Ku
Awalnya ini bermula ketika Aku Bekerja di kantor ke daerah Bandung Sesampai di Kota Bandung Aku dapet fasilitas kontrak rumah dari Kantor,dan Aku dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah,ada 3 kamar plus perabotan udah ada di sana.
Setelah 1 bulan berlalu Aku kewalahan ngurusi rumah itu,maklum Aku berangkat pagi,pulang malam,minggu pulang ke Jakarta ketemu bos ku, ya jadinya itu rumah acak-acakan dan sangat kusam.
Aku ngerasa ga nyaman,dan Aku mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah.
Aku sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Bandung,Aku pilih 1 orang yg Aku pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 19 tahun,aslinya dari daerah di Garut,dan satu yg bikin ane pilih dia, dia kelihatan cekatan saat ane melihat cara praktek di beberapa orang yg di tawarkan.
Sebenarnya kalau Aku emang niat macem-macem,Aku bisa aja pilih yg genit, karena ada beberapa orang yg matanya tuh menunjukan kalo “pilih saya aja” dan sedikit centil.
Aku minta Mina (sebut aja begitu) diantar ke rumah hari sabtu,karena Aku pikir hari minggu ane akan pergi dan Aku minta Mina untuk bersihin rumah.
Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar Mina,dan Aku lunasi biaya administrasi,lalu jadilah Mina bekerja di rumah Aku.
Hari minggu Aku tinggal dia di rumah, untuk bersih-bersih dan cuci baju Aku yg udah menumpuk.
Hari senin pagi Aku datang ke rumah,Aku seneng banget rumah udah bersih,rumput-rumput di bersihin depan rumah. Baju ane pun udah pada wangi disetrika sama Mina.
Karena Aku puas,Aku kasih Mina uang jajan 80 ribu, dia seneng banget, Aku bilang itu diluar gaji dan uang makan. Aku kasih dia uang makan karena ane ga pernah makan di rumah,jadi di rumah gak pernah masak.
Dari situ Aku tau bahwa ortu Mina cerai,dan Mina di paksa bekerja untuk menghidupi keluarga, Aku jg tahu bahwa Mina di kampung punya pacar, dan pacarnya itu sering telepon tiap hari, Mina kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem duit tapi ga di bayar.
Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk belanja sabun dsb..kadang kalau Aku lagi ada duit Aku beliin dia baju karena Aku tahu bajunya itu-itu aja..
tak terasa sdh 6 bulan Mina kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terlihat dari badan dia yg sekarang jadi lebih gemuk di banding saat pertama datang
..tapi hal itulah yg mengganggu pikiran Aku ..body nya justru bikin Aku merinding..”toketnya yg dulu kelihatan kecil tapi sekarang malah kelihatan nyembul”…bokongnya yg dulu biasa aja sekarang jadi Padat…waduhh pikir bahaya ni..tapi Aku buang jauh-jauh perasaan itu..
Diam-diam Aku suka ngintip dia kalo habis mandi…kadang Aku juga curi-curi pandangan ke arah pahanya kalau dia lagi pake baju daster dan duduk sembarangan…
Suatu hari Aku dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di Palembang,Aku pun harus pergi selama 4 bulan. Aku pergi dan sebelumnya ane pamit ke Mina berpesan supaya hati-hati jaga rumah selama ane pergi..
“kamu udah mandi belum Mina manis?”…dan dia pun membalas dengan
“udah AA sayang”…
Dan ane pancing-pancing dia dengan smsbahwa sebenarnya aku suka ma dia…tapi takut di tolak karena Mina udah punya cowok..
Tak di sangka Mina membalas dgn sms yg sangat mengagetkan
“aa kenapa ga bilang,Mina jg suka banget ma AA,tapi Mina takut,Mina kan cuma pembantu…
wah..ini yg Aku tunggu…Aku telpon dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya ane curi-curi pandang…dll…
Aku pun pulang ke Bandung,
ane langsung menuju rumah..Amel menyambut dgn senyuman malu…Aku pun mencubit lengannya..tanda kangen..
Aku beranikan mengajak Mina ngobrol malam itu…kami pun ngobrol..tapi terlihat sekali MIna sangat kaku dan tdk seperti biasanya…ane bertanya
“kenapa Mina”…
“gak papa a” MIna menjawab..
Aku duduk mendekati Mina..dia sangat terlihat gelisah..Aku dekatkan bibir Aku ke bibir Mina..Mina sedikit menghindar..tapi ane udah pengen banget mencium Mina..ane sedikit memaksa dan kami pun berciuman…ane mainkan lidah ane di di bibir Mina…kami pun bergumul mesra dgn hangatnya…di temani hujan bibir kami saling bermain…
Malam itu tak terjadi apa-apa.. Aku ga ingin buru-buru melakukan sesuatu.
Aku takut Mira akan minta pertanggungan jawab bila Aku ngewe dia malam itu..
Besok hari nya sepulang kerja Aku langsung mandi…kami pun ngobrol..sudah mulai cool…suasananya udah mulai seperti biasa lg..Mina nonton tv,ane di sebelahnya,yg berbeda adalah sekarang susu udah berani duduk dekat-deket nempel ke Gua..
Aku membuka pembicaraan..Aku bertanya tentang hubungan Mina dgn pacarnya di kampung sejauh apa hubungan yg mereka lakukan..
Mina cerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan Mina juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya…sambil berpura-pura cemburu aku pun pergi ke kamar..
Mina mengejar Aku ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bhwa Mina masih perawan…
Ane bilang gak percaya…karena belum membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argument..dan ane minta pembuktian kalo Mina memang masih benar perawan..
Tak di sangkan Mina langsung membuka daster yg di pakainya…
”Amel akan buktikan kalau Mina memang masih perawan”..kata Mina
“jangan Min, aku gakk berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu”saya bilang begitu
“AA ga usah mikirin tanggung jawab,yg penting Mina kan buktikan kalau memang Mina masih perawan”,Mina mendekati Aku hanya mengenakan BH dan CelDam…
Aku konak gan…gak tahan..melihat secara langsung apa yg selama ini Aku inginkan…oh shit…ane bingung..
di tengah kebingungan Aku ,bibir Amel sdh melumat bibir Aku …kita berciuman di pinggir tempat tidur…tangan Aku secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar Amel…ane ga kuaaaaaat (dalam hati ane menahan nafsu ini)..
Aku terus belai toket Mina…Aku buka bra yg membungkusnya..Aku rebahkan Mina di ranjang.. Mina tersenyumm..oh..
Saya melumat pentil susunya…tangan ane mulai bergerilya di paha,mina pun melenguh
“ohhh”…
tangan ane menuju selangkangan Mina…bermain si pinggiran celana dalam yg masih membungkus memek Mina..ane terus benjilati puting susu Mina yg mulai keras…tangan ane pun membuka celana dalam yg di pkai Mina…Mina melenguh kembali..”oooohhhh”….
Ane secara cepat membuka celana pendek dan kaos ane…ane pun membuka CD yg ane pakai…
kembali ane lumat bibir Mina…tangan ane mulai mengelus pinggiran memek Mina…Mina pun men desah “aaaaahhhh”…
Tangan ane mulai menyibak memek Mina yg di tumbuhi bulu yg tdk terlalu tebal…jari ane menari-nari mengelus klitoris Mina…Amel pun tambah mendesah
“AAAAAAHHHH”…
Jari ane bermain-main di bibir lobang memek Mina…bibir ane bermain di toketnya…dan tangan Amel pun mulai mengelus-elus penis ane yg udah keras n panas…
“aa..punya aa gedee…” Amel berbisik..
Ane tersenyum sambil kembali melumat bibir Mina dan memainkan jari di memeknya…
Bibir ane pindah ke toketnya….lalu turun menjilati perutnya…dan sampailah di pertigaan selangkangan Mina…
Ane buka perlahan belahan paha Mina…ane pun mulai merunduk…ane sibak kedua belahan memek Mina…dan lidah ane mulai bermain di bibir memek Mina…oooh…mantapnya memek perawan…
“AA..AAAAAhhh”..Amel mendesah ketika bibir memeknya ane jilati…lidah ane mulai menusuk-nusuk lobang memeknya…dan sekali-kali lidah ane bermain di klitoris Mina…
“aa”ooooooughhhh…..”..Mina mendesah semakin keras…
ane menjilati memeknya 15 menit..ane pun kembali melumat toket Amel… memek Amel yg mulai basah di bajiri cairan kenikmatan…
Amel terus mendesah..
“ouwgh..aa…ouwgh..aa…”dia memanggil ane dalam desahannya..
Tak menunggu lama,ane siapkan rudal penis ane yg udah keras banget…ane arahkan ke memek Amel yg udah basah…ane lebarkan pahanya…ane taptkan di lobangnya..dan ane tekan pelan-pelan….
“aa…ouwgh…”Mina mendesah….
“aa…sakit”….”ouwgh”…Mina sedikit meringis ketika penis ane mulai masuk ke memeknya…penis ane semakin dalam…
“aa…sakittttt......
“oughwwhhh”..Mina mndesah sambil menutup matanya….
Ane cabut pelan-pelan…ane tekan lagi…ane cabut lagi…ane tekan lagi…dan seterusnya….
“owgh..aa…oegh…owgh…ooooooh…”desahan Mina semakin terdengar…
Ane pun mengenjot penis ane di memeknya…dan tiba-tiba keluarlah darah keperawanan dari lobang memek Mina….
…ane genjot lagi lebih cepat…darah semakin banyak….ane genjot terus…
“aa…sakiiiiiittttttt….owwwuuuuggggghhhhhhh”.. .Mina mendesah sambil terpejam matanya..
Ane genjot terus…
“sabar sayang…bentar lagi sakitnya hilang”…ane menimpali sambil terus menggenjot..
penis ane keluar nasuk di memek Mina….sampai darah perawannya tak lagi keluar…
Ane goyang-goyang di dalam memeknya…ane hujam lebih dalam…
“oooooooooooowwwwwwwghhhhhh”…Mina menjerit…memeknya semakin licin…menandakan Mina udah mendapatkan Orgasme…dan ane pun memepercepat genjotan ane….
“ooowwgggghhhhhhh”….Mina menjerit kenikmatan…Mina mencengkeram pundak saya…..tangannya mencakar bokong saya…dan
“creeeeeeeeeet”….saya pun orgasme…..sperma ane memenuhi lobang memek Mina….
Ane memeluknya…dan Mina pun tersenyum…
“percaya kan kalo Mina masih perawan?” tanya Mina pada saya
“iya aku percaya”…ane pun tersenyum…dan kami pun berpelukan…
minta Mina supaya kencing dulu…dan membersihkan memeknya…ane pengen malam ini 40 ronde..hehehe…
kami pun bermain hingga pagi hari…Besoknya ane ajak Mina ke bidan yang jauh dari rumah saya…saya minta Mina untuk KB…Amel pun KB suntik…dan kami pun hingga sat ini masih berhubungan..
**TAMAT**
Bersama Gadis sexy Di Bawah Umur
Pengalamanku dengan anak kelas d bawah umur. Aku tuh paling suka sama anak sekitar kelas 1 SD sampai 3 SMP. Kalau aku sendiri adalah Kuli Bangunan tingkat satu di Bandung. Ceritanya pada waktu itu aku sedang jalan-jalan ke toko buku tulis. Aku sedang ingin cari buku komik. Pas sedang cari itu, aku melihat anak yang manis gitu, yah.. pokoknya cute banget deh! Putih pucat, dan karena baju yang dipakainya agak ketat melebar, buah dadanya yang agak baru tumbuh itu sedikit menjiplak nongol di bajunya, jadi kelihatan runcing dan tajam begitu ujungnya.
Aku ajak kenalan saja dia, siapa tahu bisa dapat intip ujungnya.
Tidak usah aku kasih tahu proses kenalannya ya, soalnya.. ya gitu dehhhh.. pokoknya akhirnya aku tahu itu anak kelas 5 SD dan aku tahu nomor rumahnya. Oh iya, namanya adalah Iimah, aku jadi lumayan sering lewat rumahnya. Habis ternyata anaknya asyik juga. Kami sering ngobrol tentang seks yang dia suka.Aku sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tapi jarang mau. Sepertinya tidak dibolehi sama ibunya. Tapi akhirnya bisa juga. Sepertinya aku memang sedang falling in love sama si Iimah. Setiap pulang sekolah, dia sering aku jemput, lucu deh, jadi seperti jemput adik sendiri, nanti aku dikira pembantu pribadinya sama temennya. Biarin deh, yang penting aku sayang sama Iimah.
Nah, pada suatu hari waktu dia pulang sekolah, aku ajak saja ke rumahku. Ternyata dianya mau. Asyik, pikirku. Habis dia tidak pernah mau aku ajak ke rumahku. Dan pas ketika kuajak ke kamarku, dianya mau saja dan untung tidak ada yang melihatku bawa-bawa anak SD, kan malu juga kalau ketahuan punya cewek anak SD. Setelah beberapa kali aku ajak ke rumah, baru kali ini dia mau dan mau lagi ke kamar. Kan kalau di kamar suasananya jadi lebih romance dan tenang karena berdua saja. Di kamar kustel kaset bokeppp, khan lumayan lembut tuh musiknya. Dia suka banget sama itu bokepp barat. Pertama-tama kami ngobrol biasa tentang sekolahnya, guru-gurunya, temen-temennya, biasalah anak SD. Eh, kami akhirnya ngobrol tentang pacaran, aku tanya saja.
“Pacar kamu siapa sih..?” sambil senyum.
“Bukannya kamu..” jawabnya.
Waduh, nih anak SD polos amat.. tapi aku seneng sih, dia ngakuin aku.
“Iya nih Mah, aku sayang banget ama kamu,” rayuku.
Dianya diam sambil menatapku malu. Waduh wajahnya itu lho, masih Fresh dan dia manis sekali. Tiba-tiba, gara-gara meliat parasnya yang cute itu, aku jadi ingin mencium bibirnya, tapi dia mau tidak ya?
“Sayang, kamu pernah ciuman belum?” tanyaku.
“Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film,” katanya.
“Mau nyobain tidak?” tanyaku, to the point saja.
Dia diam saja.
“Sama kamu? nggak ah, takut.. malu..” kata Ima.
“Nggak apa-apa lagi..” jawabku.
“Coba ya.. enak kok,” kataku lagi.
“Coba deh merem!” kataku.
Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya. Jantungnya terasa deg-degan, katanya.
“Santai saja, tidak usah tegang,” kataku.
Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya. Lalu perlahan kusentuh bibirku dengan bibirnya. Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di bibirnya, dia belum merespon. Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya. Sekitar lima menit kami berciuman. Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. “Gimana enak tidak?” tanyaku. Dia cuma tersenyum malu-malu, “Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya.. dan nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep,” kata aku.
Dia merem lagi, aku dekati bibirku. Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut. Setelah itu dia masukkan lidahnya ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya. Ketika sedang asyik berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh. Ternyata dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku. Aku masih terus meraba-meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh. Aku mulai nekat, kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar. Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan ciumannya.
“Jangan dimasukkin dong tangannya,” kata dia.
Wah, tampaknya dia belum berani.
“Maaf deh.. aku terlalu nafsu,” kataku.
“Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya,” kataku.
Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di kamarku. Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.
Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku. Soalnya ibunya menjemput terus. Nah, seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku. Pas pulang sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.
“Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?” tanyaku.
Dia tersenyum.
“Mau dong.. yang pakai masukin lidah ya..” kata Iimah.
“OK deh..” jawabku.
Dan mulailah kami berkissing. Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran lagi sama dada dia. Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini. Aku mencoba minta ke Iimah. “Mah.. aku pengen liat.. liat dada kamu boleh nggak..? Entar enak deh, bisa lebih enak dari pada ciuman,” kataku. Dia diam saja sambil menatap ke arahku. Akhirnya dia mau juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku. “Kamu tenang aja ya..” dia mengangguk. Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya kubuka. Dia menatapku dengan perasaan yang tegang. “Rilex aja lagi.. jangan tegang gitu.. tidak sakit kok,” kataku. Akhirnya dia agak tenang.
Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada mininya itu. “Aku buka semua yaaa sayang..” kataku. Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka singletnya.Wow.. ternyata indah sekali.....! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya. Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke putingnya yang berwarna pink itu.
Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya. Dia merem ketika aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya. Dia merem ketika aku menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah kenikmatan, “Ssshhssh.. mm..” desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin lancar mengerjai dadanya itu. Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya dan pusarnya. Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal. Bentuk vaginanya gimana ya? aku jadi penasaran gitu. Aku masukkan tanganku ke dalam roknya. Kuusap-usap CD-nya yang melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.
“Iimah.. kamu mau tidak membuka rok kamu..?” tanyaku.
“Mau kan sayang..?” tanyaku lagi.
“Tapi tidak apa-apa kan?” tanya Iimah.
“Nggak kok..” kataku.
Dia kusuruh tiduran. Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana dalamnya yang berwarna pink dan akhirnya aku peloroti CD-nya. Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya. Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku nafsu sekali. Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati bagian dalam vaginanya.
Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih. Ya sudah, aku selesai saja. Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak. Aku terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang. Akhirnya dia mengalami orgasme, “Aahh.. aku lemes..” Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan kucium pipinya.
“Gimana enak kan..?” tanyaku.
“Iya..”
“Tidak apa-apa khan?” kataku.
“Udah sore tuh kamu mau pulang..?” tanya aku.
“Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..” katanya.
“Iya deh sayangku,” kataku sambil kucium keningnya.
Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan cewekku sendiri. Aku sama Iimah jalan sampai dua bulan saja, karena bosan. Aku tidak pernah nge-ML sama dia dan aku sudah berjanji tidak mau ML sama dia.
​
​
​
***TAMAT***
Aahhh..ahhhhh...ah..!!Buah Jagungku BerhasilMasukin Lembah Suster Cantik
Saya seorang Atlit di wilayah tempat tinggal saya. Karena terjadi tabrakan dengan mobil di jalan, kaki saya mengalami pergeseran tulang. Dan saya harus dirawat di rumah sakit. Saya berada di kamar kelas VIP kelas A. Jadi saya bebas untuk melakukan apa saja. Saya sebetulnya sudah sehat, tetapi masih belum boleh meninggalkan rumah sakit. Makanya saya bosan tinggal disitu.
Pada pagi hari ketika saya sedang tidur, saya terkejut pada saat dibangunkan oleh seorang suster. Gila..! Suster yang satu ini cantik banget.
"Mas Jono udah bangun ya..? Gimana tadi malam, mimpi indah..?" katanya.
"Ya Sus, indah sekali. Saya lagi bercinta dengan cewek cantik berbaju putih Sus..? Dan mukanya mirip Suster lho..!" kata saya menggodanya.
"Ah.. Mas Jono ini bisa aja.., habis ini mas mandi ya..?" katanya lembut.
. Suster itu mulai menyingkap selimut yang saya pakai, serta melipatnya di dekat kaki saya. Terbuka sudah seluruh tubuh telanjang saya. Saya dengan sengaja tadi melepaskan semua baju dan celana saya. Ketika dia melihat daerah di sekitar kemalua saya, terkejut dia, karena ukuran kelamin saya serta kepalanya yang di luar normal. Sangat besar, mirip kenalpot mobil truck.
Lalu dia mengambil wash lap dan sabun.
"Sus... jangan pake wash lap.., geli... saya nggak biasa. Pakai tangan suster yang indah itu saja..." kata saya memancingnya.
Suster itu mulai dengan tanganku. Dibasuh dan disabuninya seluruh tangan saya. Usapannya lembut sekali. Sambil dimandikan, saya pandangi wajahnya, buah dadanya, cukup besar juga kalau saya lihat. Orangnya putih mulus, tangannya lembut banget. Selesai dengan yang kiri, sekarang ganti tangan kanan. Dan seterusnya ke leher dan dada. Terus diusapnya tubuh saya, sapuan telapak tangannya lembut sekali saya rasakan, dan tidak terasa saya memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampai juga akhirnya pada batang kejantanan saya, dipegangnya dengan lembut ditambah sabun. Digosok batangnya, biji kembarnya, kembali ke batangnya. Saya merasa tidak kuat untuk menahan supaya tetap lemas. Akhirnya batang kemaluan saya berdiri juga. Pertama setengah tiang, lama-lama akhirnya penuh juga dia berdiri keras.
Dia bersihkan juga sekitar kepala rudal saya sambil berkata lirih, "Ini kepalanya besar sekali mas... baru kali ini saya lihat kaya gini besarnya. Dikasih makan apa sih koq bisa gini mas..?" katanya manja.
"Sus... enak dimandiin gini..." kata saya memancing.
Dia diam saja, tetapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batang kemaluan saya. Sepertinya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan.
"Enak Mas JONO... kalo diginikan..?" tanyanya dengan lirikan nakal.
"Ssshh... iya terusin ahhh... sus... sampai keluar..." kata saya sambil menahan rasa nikmat yang tidak terkira.
Tangan kirinya mengambil air dan membilas batang kejantanan saya yang sudah menegang itu, kemudian disekanya dengan tangan kanannya. Kenapa kok diseka pikir saya. Tetapi saya diam saja, mengikuti apa yang mau dia lakukan, pokoknya jangan berhenti sampai disini saja. Bisa-bisa saya pusing nantinya menahan nafsu yang tidak tersalurkan.
Lalu dia dekatkan kepalanya, dan dijulurkan lidahnya. Kepala batang kejantanan saya dijilatinya perlahan. Lidahnya mengitari kepala senjata meriam saya rasanya... wow... enak sekali. Lalu dikulumnya batang kejantanan saya. Saya melihat mulutnya sampai penuh rasanya, tetapi belum seluruhnya tenggelam di dalam mulutnya yang mungil. Bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.
Lama juga saya dikulumi suster jaga ini, sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi, dan, "Crooott... crooott..." nikmat sekali.
Sperma saya tumpah di dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis. Sisa pada ujung batang kemaluan pun dijilat serta dihisapnya habis.
"Sudah ya Mas, sekarang dilanjutkan mandinya ya..?" kata suster itu, dan dia melanjutkan memandikan kaki kiri saya setelah sebelumnya mencuci bersih batang kejantanan saya.
Badan saya dibalikkannya dan dimandikan pula sisi belakang badan terutama punggung saya.
Selesai acara mandi.
"Nanti malam saya ke sini lagi, boleh khan Mas..?" katanya sambil membereskan barang-barangnya.
Saya tidak bisa menjawab dan hanya tersenyum kepadanya. Saya serasa melayang dan tidak percaya hal ini bisa terjadi. Terakhir sebelum keluar kamar dia sempat mencium bibir saya. Hangat sekali.
"Nanti malam saya kasih yang lebih hebat." begitu katanya seraya meninggalkan kamar saya.
Saya pun berusaha untuk tidur. Nikmat sekali apa yang telah saya alami sore ini. Sambil memikirkan apa yang akan saya dapatkan nanti malam, saya pun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba saya dibangunkan oleh suster yang tadi lagi. Tetapi saya belum sempat menanyakan namanya. Baru setelah dia mau keluar kamar selesai meletakkan makanan dan membangunkan saya, dia memberitahukan namanya, rupanya Vina. Cara dia membangunkan saya cukup aneh. Rasanya suster dimanapun tidak akan melakukan dengan cara ini. Dia sempat meremas-remas batang kemaluan saya sambil digosoknya dengan lembut, dan hal itu membuat saya terbangun dari tidur. Langsung saya selesaikan makan saya dengan susah payah. Akhirnya selesai juga. Lalu saya tekan bel.
Tidak lama kemudian datang suster yang lain, saya meminta dia untuk menyalakan TV di atas dan mengangkat makanan saya. Saya nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan tanpa konsentrasi sedikit pun.
Sekitar jam 9 malam, suster Dina datang untuk mengobati luka saya, dan dia harus membuka selimut saya lagi. Pada saat dia melihat alat kelamin saya, dia takjub.
"Ngga salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga..!" demikian komentarnya.
"Kenapa emangnya Sus..?" tanya saya keheranan.
"Oo... itu tadi teman-teman bilang kalau punya mas besar sekali kepalanya." jawabnya.
Setelah selesai dengan mengobati luka saya, dan dia akan meninggalkan ruangan. Tetapi dia sempat membetulkan selimut saya, dia sempatkan mengelus kepala batang kejantanan saya.
"Hmmm... gimana ya rasanya..?" manjanya.
Dan saya hanya bisa tersenyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku. Jam 23:00, kira-kira saya baru mulai tertidur. Saya mimpi indah sekali di dalam tidur saya karena sebelum tidur tadi otak saya sempat berpikir hal-hal yang jorok. Saya merasakan hangat sekali pada bagian selangkangan, tepatnya pada bagian batang kemaluan saya, sampai saya jadi terbangun. Ternyata suster Vina sedang menghisap senjata saya. Dengan bermalas-malasan, saya menikmati terus hisapannya. Saya mulai ikut aktif dengan meraba dadanya. Suatu lokasi yang saya anggap paling dekat dengan jangkauan tangan saya.
Saya buka kancing atasnya, lalu meraba dadanya di balik BH hitamnya. Terus saya mendapati segumpal daging hangat yang kenyal. Saya menelusuri sambil meremas-remas kecil. Sampai juga pada putingnya. Saya memilin putingnya dengan lembut dan Suster Vina pun mendesah.
Entah berapa lama saya dihisap dan saya merabai Suster Dina, sampai dia akhirnya bilang, "Mas... boleh ya..?" katanya memelas.
"Mangga Sus, dilanjut..?" tanya saya bingung.
Dan tanpa menjawab dia pun meloloskan CD-nya, dilemparkan di sisi ranjang, lalu dia naik ke ranjang dan mulai mengangkangkan kakinya di atas batang kejantanan saya.
Dan, "Bless..." dia memasukkan kemaluan saya pada lubangnya yang hangat dan sudah basah sekali.
"Aduh.. Mas.., kontolnya hangat dan enak lho... ohhhh..."
Lalu dia pun mulai menggoyang perlahan. Pertama dengan gerakan naik turun, lalu disusul dengan gerakan memutar. Wah.., suster ini rupanya sudah profesional sekali. Lubang senggamanya saya rasakan masih sangat sempit, makanya dia juga hanya berani gerak perlahan. Mungkin juga karena saya masih sakit. Lama sekali permainan itu dan memang dia tidak mengganti posisi, karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi. Saya tidur di bawah dan dia di atas tubuh saya.
Sampai saat itu belum ada tanda-tanda saya akan keluar, tetapi kalau tidak salah, dia sempat mengejang sekali. Tadi di pertengahan dan lemas sebentar, lalu mulai menggoyang lagi. Sampai tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar, dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba. Kaget sekali kami berdua, karena tidak ada alasan lain, jelas sekali kami sedang main. Apalagi posisinya baju dinas Suster Dina terbuka sampai perutnya, dan BH-nya juga sudah terlepas dan tergeletak di lantai.
Ternyata yang masuk suster Dina, dia langsung menghampiri dan bilang, "Teruskan saja Din... gue cuman mau ikutan... memek gue udah gatel nich..!" katanya dengan santai.
Suster Dina pun mengelus dada saya yang agak bidang, dia ciumi seluruh wajah saya dengan lembut. Saya membalasnya dengan meremas dadanya. Dia diam saja, lalu saya buka kancingnya, terus langsung saya loloskan pakaian dinasnya. Saya buka sekalian BH-nya yang berenda tipis dan merangsang. Dadanya terlihat masih sangat kencang. Tinggal CD minim yang digunakannya yang belum saya lepaskan.
Suster Dina masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar. Saya lihat dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar. Lidah Suster Dina mulai memasuki rongga mulut saya dan langsung saya hisap ujung lidahnya yang menjulur itu. Tangan kiri saya mulai meraba di sekitar selangkangan Suster Dina dari luar. Basah sudah CD-nya, dengan perlahan saya tarik ke samping dan saya mendapatkan permukaan bulu halus menyelimuti liang kewanitaannya. Saya elus perlahan, baru kemudian sedikit menekan. Ketemu sudah klit-nya. Agak ke belakang saya rasakan semakin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut. Saya raba sampai tiga kali sebelum akhirnya memasukkan jari saya ke dalamnya. Saya mencoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjuk saya. Kemudian disusul oleh jari tengah. Saya putar jari-jari saya di dalamnya. Baru kemudian saya kocok keluar masuk sambil memainkan jempol saya di klit-nya.
Dia mendesah ringan, sementara Suster Dina rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri. Suster Dina menyibak rambut panjang Suster Dina dan mulai menciumi punggung terbuka itu. Suster Vina semakin mengerang, mengerang, dan mengerang, sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme, dan semakin keras goyangan pinggulnya. Sementara saya sendiri mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya, karena dari tadi saya tidak dapat terlalu bergoyang, takut luka saya menjadi sakit.
Suster Dina mengerang panjang sekali seperti orang sedang kesakitan, tetapi juga mirip orang kepedasan. Mendesis di antara erangannya. Dia sudah sampai rupanya, dan dia tahan dulu sementara, baru dicabutnya perlahan. Sekarang giliran Suster Vita, dilapnya dulu batang kemaluan saya yang basah oleh cairan kenikmatan, dikeringkan, baru dia mulai menaiki tubuh saya.
Ketika Suster Vita telah menempati posisinya, saya melihat Suster Dina mengelap liang kemaluannya dengan tissue Basah yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Dina seakan menunggang kuda, dia menggoyang maju mundur, perlahan tapi penuh kepastian. Makin lama makin cepat iramanya. Sementara kedua tangan saya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah. Kenyal sekali rasanya, cukup besar ukurannya dan lebih besar dari miliknya Suster Dina. Yang ini tidak kurang dari 36B.
Sesekali saya mainkan putingnya yang mulai mengeras. Dia mendesis, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Desisan itu sungguh manja kurasakan, sementara Suster Dina telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya. Kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang Suster Dina dan juga memainkan rambutku, mengusapnya. Kemudian karena sudah cukup pemanasannya, dia mulai menaiki ranjang lagi. Dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepala saya. Setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepala saya. Kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjang.
Mulai disorongkannya liang kenikmatannya yang telah kering ke mulut saya. Dengan cepat saya julurkan lidah, lalu saya colek sekali dan menarik nafas, "Hhhmmm..." bau khas kewanitaannya. Saya jilat liangnya dengan lidah saya yang memang terkenal panjang. Saya mainkan lidah saya, mereka berdua mengerang bersamaan, kadang bersahutan. Saya lihat lubang pantatnya yang merah agak terbuka, lalu saya masukkan jari jempol ke dalam lubang pantatnya.
Suster Dina merintih kecil, "Auuww Auuwwww Auwwww... masss nakal deh..!"
Lalu saya jilati lubang pantatnya yang sudah mulai basah itu, tapi kemudian, saya tanya enak gak sussss???
Suster Dina tertawa kecil lalu minta di terusin. Lalu kembali saya teruskan jilatan saya.
Lama sekali permainannya, sampai tiba-tiba Suster Dina mengerang besar dan panjang serta mengejang. Setelah Suster Dina selesai, dia mencabut batang kejantanan saya, sedang lidah saya tetap menghajar liang kenikmatan Suster Dina. Sesekali saya menjilati klit-nya. Dia menggelinjang setiap kali lidah saya menyentuh klit-nya. Mendengar desisan Suster Dina sudah lemas dan beranjak turun dari posisinya, saya menyudahi permainan ini. Saya lemas rasanya .
"Kasihan Mas Jono, nanti sembuhnya jadi lama... soalnya ngga sempet istirahat..!" kata Suster Dina.
"Kalo itu dibuat system arisan saja Mass buat Tante tante." kata Suster Dina sadis sekali kedengarannya.
"Emangnya gue piala bergilir apa..?" kata saya dalam hati.
Malam itu saya tidur lelap sekali dan saya sempat minta Suster Dina menemaniku tidur, saya berjanji tiap malam, mereka dapat giliran menemani saya tidur, tetapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos.
dan setelah saya balik dari rumah sakit keadaan semakin berubah dan menjalakan aktivitas saya sepereti biasanya..
***TAMAT****
PEMULUNG MUNGIL YANG cANTIK
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 00.30 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.
“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”
“Nggak usah Pak, si Mbok nggak usah diantar”.
“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot.
“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tari cepat sembuh”.
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tari. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tari dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.
“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tari jalannya pincang”.
“Ngaak usah den, simbok..”.
“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tari Mbok..”.
“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.
“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tari”.
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulang, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tari, yang akhirnya aku ketahui namanya Tara. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 40 tahun, dan anaknya si Tari umurnya 15 tahun sedangkan Tara baru 10 tahun. Tari sempat lulus SD, sedangkan Tara hanya sempat menikmati bangku SD kelas 3.
Setelah sampai dirumah, Mbok ijah dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tari dan Tara tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tari dan Tara sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
“Tari dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.
“Inggih Mass.., boleh nggak kalau Tara habiskan semuanya, karena Tara sudah 2 hari nggak makan”.
“Boleh nak.., Intan dan Tari boleh makan sepuasnya disini”.
Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 2 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Ijah yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok ijah ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.
Setelah agak tenang, tanganku langsung merambat mengelus paha mulus Mbok ijah ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok ijah ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok ijah ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok ijah akan ke bangun.
Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tari bangun dan melihat ke arahku. Tari sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tari untuk diam. Setelah Tari diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tari yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tari, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tari melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 4 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok ijah ini.
Saat aku keluarkan pejuhku, si Tari menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., Tari ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tari, dia bilang..
“Mass.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.
“Naaak.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.
“Masss.. Tari kedingingan.., Tari mau pipis.. tapi Tari takut ke kamar mandi..”.
“Ya.. sudah Naak.. ayo aku antar ke kamar mandi”.
Tari kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tari aku suruh jongkok didepanku. Tari kemudian mengangkat roknya dan.. suuuuuur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tari aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.
“Masss.. Tari belum cebok.. nanti memeknya Tari bau lho.. Mass..”.
“Nggak apa-apa Naak.. biar nanti Mass yang bersihin memeknya Tari.. Tari bobok disini ya.. sama Mass ini..”.
Kemudian Tari aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..
“Mass.. kenapa mengusap-usap kaki Tari yang lecet..”.
“Oh iya Nakkk.. Mass lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tari, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 15 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh tubuhnya.
Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tari sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 15 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya Tari ini ukurannya nggak kalah sama ibunya si ijah.
“Aduuh.. MAsss.. memeknya Tari diapain.. MAss..”.
“Tenang Naaak.. nggak apa-apa.. MAss mau nyembuhin luka kamu kok.. Tari diam saja yaa..”.
“Inggiih.. Mass..”.
Setelah Tari tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tari.
“Mass.. jangaan.. Tari malu Masss.. memek Tari kan bau..”.
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tari pun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pantatnya.
Aku pun mulai menyedot memeknya Tari dengan kuat dan aku lihat Tari menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.
“Mass.. geli Massss ahhhh.. memeknya Tari diapain sih Masss.. ahhhhh”.
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tari yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..
“Massss.. sudahhhh Maasssss.. Tari mau pii.. piis dulu Masss......”.
Dan tidak lama kemudian “Ssiuur.. siuur.. siuur..”
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul Tari ini.
“Masss.. maafin Tari ya.. Tari tadi pipis di mulutnya Mass.. pipis Tari bau ya MAsss..”??
.
“Nggak apa-apa Naak.. tapi Tari harus dihukum.. karena udah pipis dimulut MAss..”
“Tari mau dihukum apa saja Mass.. asalkan MAss nggak marahin Tari ya..”.
“Hukumannya, Tari gantian minum pipisnya Mass.. mau nggak..”.
“Iya Masss..”.
Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tari yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tari agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tari untuk memegangnya.
“Naaakkk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!
“Inggih Masss.. tapi Tari malu Mass.. Tari takut Masss......”.
“Nggak apa-apa Naaak.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Naaak..”.
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut urut.
“Naaak.. kontolnya Masss ini diemut ya..”.
“Tapi Masss.. Tari takut Ndoro.. Tari belum pernah MAsss..”.
“Nggak apa-apa Naak.. diemut saja seperti saat Tari ngemut es krim.. ayo nanti Tari Mass kasih es krim.. mau ya..”.
“Benar MAss.. nanti Tari dikasih es krim..???
”.”Iya Naaak..”.
Tari pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.
“Nah gitu Naaak.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. Naaak..”.
Sambil Tari mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tari pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.
“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.
Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tari dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tari dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.
“Masss.. pipisnya banyak banget dan Kentall ya masss.. Tari sampai mau muntah..”.
“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Mass..”.
“Inggih Mass.. pipis MAss kental banget.. Tari sampai nggak bisa telan.. agak amis Mass..”.
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes.
Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa coklat. Setelah habis Tari memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.
“Masss.. mau ngapain lagi.. nanti Tari pipis lagi lho Maass..”.
“Nggak apa-apa Naaak.. pipis lagi aja Naak.. Tari mau lagi khan es krim..”
“Mau Mass..”.
Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang V nya. Baru masuk sedikit, Tari meringgis.
“Masss.. memek Tari diapain.. kok sakit..”
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
“Masss ohhhh massss.. sakiit sekali....” Langsung aku peluk Tari, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Naak.. nanti enak kok.. Tari tenang saja yaaaa.”.
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Mass.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tari.
“Auuhh.. oohh.., Mass.., periih.., aahh.. gelii Mass.. aahh..,”.
Sambil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tari. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tari pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, Mass..”.
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda TAri sebentar lagi orgasme. Kepala Tari pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 15 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotik.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Mass.. ahh..”
“Masss.. Tari mau pipiiss.. Mass..”
“Seerr..seeeerr.. seerr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
“Maafin Tari ya Ndoro.. Tari pipis dikasurnya Mass..”.
“Tari malu Mass.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Naak.. (lugu sekali gadis ini).. Mass juga mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.
“Mass.. Tari capek.. Tari mau bobok.. Mass..”.
“Iya Naak.. Tari bobok saja yaa..”.
“Memeek Tari periih.. Mass..”.
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. crootttt..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
“Mass.., kenapa Mass pipis di dalam perutnya Tari.., perut Tari jadi hangat Mass.”.
“Iya Naakkk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tari bobok ya.., sini Mass kelonin..”.
“Inggih Mass.., sekarang Tari capek.., Tari pengen bobok..”.
Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tari, si gadis kecil. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.
​
Dan sampai Tari dewasa aku tetap merawat mereka dan ibunya juga saya nafkahi.....
​
***TAMAT***
Ngajarin Bocah Nakal... Geli-geli Asik Buat ku Kapok
Deny adalah sepupuku, baru duduk di kelas 6 SD. Baru saja Dia tiba di rumah tidak lama kemudia dia di datangi seorang wanita . Saat itu Deny nongkrong di lantai teras depan rumah. Rumahnya kosong. Ayah dan ibunya pergi bekerja, sedangkan ia anak tunggal. Deny asyik membaca sebuah novel yang seharusnya hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.
“Halo, Deny. Lagi asyik baca nih. Mama udah pulang belum?”, Tanya seorang wanita cantik berusia sekitar tiga puluh tahunan.
“Eh, Tante Rika. Mama belum pulang tuh!” jawab Deny sambil menyembunyikan novel yang dibacanya ke belakang tubuhnya. Tante Rika, adik ayah Deny, baru saja bercerai dengan suaminya.
“Eh, Deny baca apa sih? Kok pake di umpet-umpetin segala? Tante boleh lihat nggak?” Setelah dibujuk-bujuk, Deny mau menyerahkan novel itu kepada Tante Rika.
“Astaga, Deny. Masih kecil bacaannya ginian!”, seru Tante Rika setelah melihat sampul buku yang bergambarkan seorang gadis muda dengan busana yang sangat minim dan pose yang menggiurkan. Tante Rika lalu membolak-balik halaman novel itu. Saat membaca bagian di mana terdapat adegan yang merangsang dalam buku itu, sekilas terjadi perubahan pada wajahnya.
“Denn, daripada kamu sendirian di sini, lebih baik ke rumah Tante yuk!”, ajak Tante Rika.
“Tapi, Tante, Deny disuruh Mama jaga rumah”.
“Alaa, tinggal kunci pintu saja sudah”, kata Tante Rika sambil mengunci pintu rumah lalu ia menarik tangan Denny ke mobilnya.
Mobil Tante Rika sudah meluncur di jalan raya menuju rumahnya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke arah Deny yang duduk di sampingnya.
“Masih kecil sudah ganteng begini”, gumam Tante Rika dalam hati. Ia menggerakkan tangannya meremas-remas kemaluan bocah yang masih hijau itu.
“Aduh, Tante. Geli ah”, kata Deny. Tante Rika tersenyum penuh arti. Ia menarik tangannya ketika mobil sudah tiba di depan rumahnya yang megah bak istana .
Tante Rika usianya sudah mencapai tiga puluh dua tahun, tapi penampilannya masih seperti gadis berusia dua puluh tahunan berkat giatnya ia mengikuti senam aerobik di sebuah klub kebugaran beken di Jakarta. Wajahnya yang cantik ditambah dengan tubuhnya yang bahenol serta seksi. Payudaranya yang besar memang amat menawan, apalagi dia sekarang seorang janda. Sudah banyak lelaki yang mencoba merebut hatinya, tapi semua itu ditolaknya mentah-mentah. Menurutnya mereka hanya menginginkan hartanya saja. Tante Rika memang kaya raya, mobil mewahnya ada beberapa buah dari model yang mutakhir lagi. Rumahnya mentereng, di kawasan perumahan elite lagi. Itu semua berkat kerja kerasnya sebagai direktris sebuah perusahaan asuransi papan atas.
Oh ya, Tante Rika mempunyai seorang anak gadis bernama Vana, putri satu-satunya, tapi biasa dipanggil Kakak saja. Gadis manis ini duduk di kelas 1 sebuah SMP swasta. Pada usianya yang baru menginjak empat belas tahun ini, tubuh Andri sedang mekar-mekarnya. Payudara remajanya sudah ranum sekali, berukuran lebih besar daripada gadis-gadis sebayanya, laksana payudara gadis berusia tujuh belas tahun. Mungkin kemontokannya ini warisan dari ibunya. Tapi kak Vana memang anak yang agak kurang pergaulan alias kuper karena kebebasannya dibatasi dengan ketat oleh ibunya, yang kuatir ada pihak-pihak yang memanfaatkan kemolekan tubuh anaknya tersebut. Sama sekali Kaka Vana belum pernah merasakan apa artinya itu cinta. Padahal banyak sudah cowok yang naksir dia. Namun Vana belum sadar akan cinta.
“Den, badan Tante pegal nih. Tolong pijitin ya”, kata Tante Rika sambil mengajak Denny ke kamar tidurnya. Tante Rika membuka busananya. Lalu ia membaringkan tubuhnya yang telanjang bulat tengkurap di ranjang. Deny masih lugu sekali. Ia belum tahu apa-apa tentang keindahan tubuh wanita.
“Tante kok buka baju? Kepanasan ya?”, tanya Deny dengan polosnya. Tante Rika mengangguk. Lalu Deny memijati tubuh Tante Rika. Mula-mula punggungnya. Lalu turun ke bawah. Tante Rika mendesah sewaktu tangan mungil Deny memijati gumpalan pantatnya yang montok.
“Tante, kenapa? Sakit ya?”, tanya Deny lugu. Mula Tante Rika memerah. Dia duduk di atas ranjang. Tangannya menarik tangan Deny ke payudaranya.
“Tante, ini apaan? Kok empuk amat sih?”, tanya Deny ketika tangannya menjamah payudara tantenya. Tante Rika mulai bangkit nafsu birahinya.
“Ini namanya payudara, Denn”.
“Kok Tante punya sih? Deny nggak ada?”.
“Deny, Deny. Kamu bukan cewek. Semua cewek kalau udah gede pasti akan punya payudara. Payudara adalah lambang keindahan tubuh wanita”, Tante Rika menjelaskan dengan bahasa yang terlalu tinggi bagi anak seusia Deny.
“Lalu pentilan ini apa namanya?”, tanya Deny sambil memijit puting susu tantenya. Tante Rika sedikit menggelinjang terangsang.
“Ah.., Ini namanya puting susu. Semua wanita juga mempunyai puting susu. Mamamu juga punya. Dulu waktu kamu masih bayi, kamu minum susu dari sini”.
“Masa sih Tante. Biasanya kan susu dari sapi?”
“Mau nyobain nih kalo kamu nggak percaya. Sini deh kamu isap puting susu Tante!”.
Deny kecil mendekatkan mulutnya pada payudara Tante Rika lalu diisapnya puting susunya.
“Ih, Tante bohong. Kok nggak keluar apa-apa?”, kata Denny sambil terus menyedoti puting susu Tante Rika yang tinggi menegang itu. Tapi tantenya nampaknya tidak mempedulikan perkataan keponakannya itu.
“Teruskan.., Denn.., Sedot terus.., Ouuhh..”, kata Tante Rika bernafsu. Karena merasa mendapat mainan baru, Deny pun menurut. Dengan ganasnya ia menyedot-nyedot puting susunya. Tante Rika menggerinjal-gerinjal. Tak sengaja tangannya menyenggol gelas yang ada di meja di dekatnya, sehingga isinya tumpah membasahi bahu dan celana pendek Deny.
“Ya, Tante. Pakaian Deny basah deh!”, kata Deny sambil melepaskan isapannya pada puting susu Tante Rika.
“Ya, Denny. Kamu buka baju dulu deh. Nanti Tante ambilkan baju ganti. Siapa tahu ada yang pas buat kamu”, kata Tante Rika sambil beranjak ke luar kamar tidur. Sempat dilihatnya tubuh telanjang DEny. Dikenalkannya pakaiannya lagi. Tante Rika pergi ke kamar anaknya, Vana, yang baru saja pulang dari sekolah.
“Vana”.
“Apa, Ma?”, tanya Vana yang masih memakai baju seragam. Blus putih dan rok berwarna biru.
“Kamu punya baju yang sudah nggak kamu pakai lagi nggak?”.
“Ngg.., Ada Ma. Tunggu sebentar”,Vana mengeluarkan daster yang sudah kekecilan buat tubuhnya dari dalam lemari pakaiannya.
“Buat apa sih, Ma?”, kata Vana seraya menyerahkan dasternya kepada ibunya.
“Itu, buat si Deny. Tadi pakaiannya basah ketumpahan air minum”.
“Deny datang ke sini, Ma? Sekarang dia di mana?”.
“Sudah! Kamu belajar dulu. Nanti Deny akan Mama suruh ke sini!”.
“Ya.., Mama!” Gerutu Vana kesal. Ibunya tak mengindahkannya. Vana senang pada Deny karena ia sering saling menukar permainan komputer dengannya. Tapi Vana keras kepala. Setelah jarak ibunya cukup jauh, diam-diam ia membuntuti dari belakang tanpa ketahuan. Sampai di depan kamar ibunya, Vana mengintip ke dalam melalui pintu yang sedikit terbuka. Dilihatnya ibunya sedang berbicara dengan Deny.
“Deny, coba kamu pake baju ini dulu. Bajunya Vana, sambil nunggu pakaian kamu kering”, kata Tante Rika sambil memberikan daster milik anaknya kepada Deny “Ya, Tante. Deny nggak mau pake baju ini. Ini kan baju perempuan! Nanti Deny jadi punya payudara kayak perempuan. Deny nggak mau!”.
“Nggak mau ya sudah!”, kata Tante Rika sambil tersenyum penuh arti. Kebetulan, batinnya. Kemudian ia menanggalkan busananya kembali.
“Kalo yang ini apa namanya, Den?”, tanya Tante Rika sambil menunjuk batang kemaluan Deny yang masih kecil.
“Kata Papa, ini namanya burung”, jawab Deny polos.
“Deny tahu nggak, burung Deny itu gunanya buat apa?”.
“Buat pipis, Tante”.
“Bener, tapi bukan buat itu aja. Kamu bisa menggunakannya untuk yang lain lagi. Tapi itu nanti kalo kamu sudah gede”.
Vana heran melihat ibunya telanjang bulat di depan Deny. Semakin heran lagi melihat mulut ibunya mengulum batang kemaluannya Deny. Rasanya dulu ibunya pernah melakukan hal yang sama pada kemaluan ayahnya. Semua itu dilihatnya ketika kebetulan ia mengintip dari lubang kunci pintu kamar ibunya. Kenapa ya burung si Deny itu, pikir Vana.
“Enak kan, Den, begini?”, tanya Tante Rika sembari menjilati ujung batang kemaluan Deny.
“Enak, Tante, tapi geli!”, jawab Deny meringis kegelian.
“Kamu mau yang lebih nikmat nggak?”.
“Mau! Mau, Tante!”.
“Kalau mau, ini di pantat Tante ada gua. Coba kamu masukkan burung kamu ke dalamnya. Terus sodok keras-keras. Pasti nikmat deh”, kata Tante Rika menunjuk selangkangannya.
“Cobain dong, Tante”, Tante Rika menyodokkan pantatnya ke depan Deny. Deny dengan takut-takut memasukkan “burung”nya ke dalam liang vagina Tante Rika. Kemudian disodoknya dengan keras. Tante Rika menjerit kecil ketika dinding “gua”nya bergesekkan dengan “burung” Deny. Vana yang masih mengintip bertambah heran. Ia tidak mengerti apa yang dilakukan ibunya sampai menjerit begitu. Tapi Vana segera berlari kembali ke kamarnya ketika ia melihat ibunya bangkit dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Deny yang hanya memakai celana dalam ibunya. Sampai di kamarnya, Vana berbaring di ranjang membaca buku fisikanya. Deny muncul di pintu kamar.
“Mbak VAna. Kata Tante tadi Mbak mau cari Deny ya?”.
“Iya, kamu bawa game baru nggak?”, tanya Vana. Deny menggeleng.
“Eh, Tom. Ngomong-ngomong tadi kamu ngapain sama mamaku?”.
“Nah hayoooo, Kakak tadi ngintip ya? Pokoknya tadi nikmat deh, Kak!”, kata Deny berapi-api sambil mengacungkan jempolnya.
“Enak gimana?”, Vana bertanya penasaran.
“Mbak mau ngerasain?”.
“Mau, Dennnnn”.
“Kalo begitu, Kakak buka baju juga kayak Tante tadi”, kata Deny.
“Buka baju?”, tanya Vana, “Malu dong!”.
Akhirnya dengan malu-malu, gadis manis itu mau membuka blus, rok, BH, dan celana dalamnya hingga telanjang bulat. Deny tidak terangsang melihat tubuh mulus yang membentang di depannya. Payudara ranum yang putih dan masih kencang dengan puting susu kemerahan, paha yang putih dan mulut, pantat yang montok.
“Bener kata Tante. Mbak Vana juga punya payudara. Tapi punyanya Tante lebih gede dari punya Mbak. Pentilnya Mbak juga nggak tinggi kayak Tante”, Deny menyamakan payudara dan puting susu Vana dengan milik ibunya.
“Pentil Mbak keluar susu, nggak?”.
“Nggak tahu tuh, Denn. Nggak pernah ngerasain sih!”, kata Vana lugu.
“Pentilnya Tante nggak bisa ngeluarin apa-apa, payah!”.
“Masak sih bisa keluar susu dari pentilku?”, kata Vana tidak percaya sambil memandangi puting susunya yang sudah meninggi meskipun belum setinggi milik ibunya.
“Mbak nggak percaya? Mau dibuktiin?”.
“Boleh!”, kata Vana sambil menyodorkan payudaranya yang ranum.
Mulut Deny langsung menyambarnya. Diisap-isapnya puting susu Vana, membuat gadis itu menggerinjal-gerinjal kegelian.
“Ya, kok nggak ada susunya sih, Mbak?”.
“Coba kamu isap lebih keras lagi!”, kata Vana. Deny segera menyedoti puting susu Vana. Tapi lagi-lagi ia kecewa karena puting susu itu tidak mengeluarkan air susu. Tapi Deny belum puas. Diisapnya puting susu VAna semakin keras, membuat gadis manis itu membelalak menahan geli.
“Nggak keluar juga ya, Den”, tanya Vana penasaran.
“Kali kayak sapi. Harus diperas dulu baru bisa keluar susunya”, kata Deny.
“Mungkin juga. Ayo deh coba!”, kata Vana seraya meremas-remas payudaranya sendiri seperti orang sedang memerah susu sapi. Sementara itu Deny masih terus mengisapi puting susunya. Akhirnya mereka berdua putus asa.
“Kok nggak bisa keluar sih. Coba yang lain aja yuk!”, kata Deny membuka celana dalamnya.
“Apaan tuh yang nonjol-nonjol, Tom?”, tanya Vana ingin tahu.
“Kata Papa, itu namanya burung. Cuma laki-laki yang punya. Tapi kata Tante namanya kemaluan. Tau yang bener yang mana!”.
“Aku nggak punya kok, Den?”, kata VAna sambil memperhatikan daerah di bawah pusarnya. Tidak ada tonjolan apa-apa”.
“Mbak kan perempuan, jadi nggak punya. Kata Tante, anak perempuan punya.., apa tuh namanya.., va.., vagina. Katanya di pantat tempatnya.
“Di pantat? Yang mana? Yang ini? Ini kan tempat ‘eek, Den?!”, kata Vana sambil menunjuk duburnya.
“Bukan, lubang di sebelahnya”, kata Deny yakin.
“Yang ini?”, tanya Andri sembari membuka bibir liang vaginanya.
“Kali!”.
“Jadi ini namanya vagina. Namanya kayak nama mamanya Reny ya?”, kata Vana. Ia menyamakan kata vagina dengan Tante inah, ibuku.
“Tadi mamaku ngisep-ngisep burung kamu. Emangnya kenapa sih?”, lanjut Vana.
“Deny juga nggak tahu, Mbak”.
“Enak kali ya?”.
“Kali, tapi Deny sih keenakan tadi”.
Tanpa rasa risih, vana memasukkan batang kemaluan Deny ke dalam mulutnya, lalu diisap-isapnya.
“Ah, nggak enak kok Den. Bau!”, kata Vana sambil meludah.
“Tapi kok kudengar mamaku menjerit-jerit. Ada apaan?”, tanya Vana kemudian.
“Gara-gara Deny masukin burung Deny ke dalam guanya. Nggak tahu tuh, kok tahu-tahu Tante menjerit”.
“Gua yang mana?”, Vana penasaran.
“Yang tadi tuh, Mbak. Yang namanya vagina”.
“Apa nggak sakit tuh, Den?”.
“Sakit sih sedikit. Tapi nikmat kok. Mbak!”.
“Bener nih?”.
“Bener, Mbak Vana. Deny berani sumpah deh!”.
“Coba deh”, Vana akhirnya percaya juga.
Lalu Deny pun memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang vagina Vana yang masih sempit. Vana menyeringai.
“Sakit dikit, Dennn”.
Denny menyodok-nyodokkan “burung”nya berulang kali dengan keras ke “gua” Vana. Vana mulai menjerit-jerit kesakitan. Tapi Deny tidak peduli karena merasa nikmat. Andri tambah menjerit dengan keras. Mendengar lengkingan Vana, Tante Rika berlari tergopoh-gopoh ke kamar putrinya itu.
“Den, Vana. Kenapa kamu?”, tanya Tante Rika. Ia terkejut melihat Vana yang meronta-ronta kesakitan disetubuhi oleh Deny kecil.
“Ya ampun, Deny! Berhenti! Gila kamu!” teriaknya naik darah. Apalagi setelah ia melihat darah yang mengalir dari selangkangan Vana melalui pahanya yang mulus.
Astaga! Andri telah ternoda oleh anak kecil berusia sepuluh tahun, sepupunya lagi?! Putrinya yang baru berumur empat belas tahun itu sudah tidak perawan lagi?!
“Nanti aja, Tante! Enak!”.
“Anak jahanam!”, teriak Tante Rika marah. Ia menempeleng Deny, sehingga bocah itu hampir mental. Sementara itu, Vana langsung ambruk tak sadarkan diri.
Sejak kejadian itu hubungan keluarga Deny dengan Tante Rika menjadi tegang.
Berguru sama Tante Semok
Sebut saja aku Andy, usiaku saat ini sudah berkepala lima, sudah berkeluarga dengan anak 4. Perilaku dalam kehidupan seks normal, hanya saja jika pada umumnya laki-laki tertarik pada wanita yang usianya lebih muda, berbody seksi dengan pantat bahenol dan dada montok, sementara aku justru lebih tertarik pada wanita yang memiliki rambut panjang lurus, usia tidak masalah yang penting jepitan nya. Karena itu walau usiaku kini sudah setengah baya, namun jika melihat wanita yang berambut lurus dan panjang (kendati pemiliknya sudah setengah baya).. langsung saja gairah seksku meningkat. Yach..bisa jadi kondisiku ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa puberku dalam berhubungan badan dengan lawan jenis.
Ketika itu usiaku baru 18 tahun dan kata orang betawi merupakan masa yang sedang ngebet-ngebetnya pingin ngerasain seks. Cuma karena belum cukup umur, biasanya keinginan tersebut hanya disalurkan secara ohnani sambil membayangkan si “Nani” dengan berdesah.. Oooh.. na.. ni, oh.. na.. ni (eh mungkin saja karena itu jadi banyak orang mengatakan kegiatan swalayan dengan istilah “ohnani”.).
Pengalamanku diusia tersebut sedikit beruntung.. karena tidak harus berlama-lama swalayan. Dirumahku ada Bulek Atin yang saat itu sudah berusia 34 tahun tapi bodynya masih OK, rambutnya tebal, lurus, hitam dan panjang sepunggung. Dia sejatinya teman ibuku namun pada kesempatan-kesempatan tertentu dia bertindak sebagai “guru” sekaligus menjadi labuhan birahiku yang sedang menggebu-gebu. Bulek Atin sangat pandai menjaga citra diri dan berakting manis didalam keluarga kami. Sehingga meskipun kami sudah ML berkali-kali ? kedua orang tuaku tidak curiga sama sekali. Kami sama-sama menikmati, dia puas karena dapat “burung Besar ku” sementara akupun puas sebab tidak harus konak sendirian, lumayanlah ngirit sabun, hee..hee..
Suatu hari, tepatnya malam minggu tapi tanggal, bulan dan tahunnya lupa, Aku benar-benar bingung dan resah. Waktu itu aku baru pulang nonton film “Intan perawan kubur” dengan pemeran utama artis YOYo.(tahu khan??) Nah disalah satu adegannya ia tampil polos, hanya rambutnya yang lurus, panjang dibelah dua dan dipindahkan kedepan sehingga menutupi payudaranya.! Woouu.. aku jadi sangek berat menyaksikan adegan tersebut dan yang bikin tambah resah ketika aku pulang kerumah. Inginnya langsung kusalurkan ke Bulek Anti, namun lagi-lagi sial karena orangtuaku tidak jadi pergi malam itu, ketika aku pulang mereka sedang ngobrol diruang keluarga sambil nonton TV. Pokoknya..benar-benar suntuk aku malam itu, dan terpaksalah aku “onana”..(karena yang dikhayalin bulek anti)
Paginya, aku dapat akal dan setelah sarapan pagi aku langsung bilang sama Ibuku..
“Ma.. besok ada pelajaran sejarah, tapi kata Pak guru kami disuruh cari referensi buku lain, jadi aku pagi ini mau ke toko buku ya.”!
“Lho emangnya kamu berani sendiri, khan Pak Nurdin (sopir) libur hari ini” tanya ibuku..
” Berani sih, tapi kalau Bulek Anti mau nemani juga boleh, kami naik taksi aja ” jawabku sambil melirik bulik anti yang duduk disebelah ibuku.
” Enak.. aja kamu, tanya dulu tuh sama bulek..!! Piye.. Mbak, iso ora..! jawab ibuku sambil bertanya ke bulik Anti.
” ya.. udah bulik anterin..dasar anak manja “!! bulik anti menimpali pembicaraan kami sambil tersenyum dikulum penuh arti.
” Tuh..bulek mau khan Ma”!!, Nah minta uangnya dong
” Ah .. dasar kamu Andy!!”
Selesai sarapan kami langsung bersiap-bersiap. Bulik Anti memakai rok terusan, rambutnya yang lebat dan panjang hanya dilipat setengah, sehingga tampak ia hanya memiliki rambut sebahu. Kamipun berpamitan pada kedua orang tuaku dengan tidak lupa minta sanggu yang lebih dengan alasan kami mau makan diluar. Kira -kira lima puluh meter setelah kami meninggalkan rumah, langsung saja kucubit bulik anti sambil kukatakan..
“Ma’kasih ya bulek mau ngantar, sebenarnya aku pusing nih bulek”!!
“Bulek tau koq.. dari tadi malam khan?! kata bulek anti sambil senyum sensasional.
“Lho ..kalau bulek tahu, koq tadi malam tidak kekamarku setelah papa mama tidur??”
“Tenang kita selesaikan ditempat biasa” sambungnya lagi, dan taksipun melaju ke arah kemayoran,..
Setelah turun dari taksi kami langsung check in di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kami. Disinilah kami sering ML jika keadaan dirumah tidak memungkinkan, tempat memang tidak terlalu bagus tetapi cukup nyaman untuk menyalurkan hasrat sesaat, apalagi para petugasnya sudah kenal dengan kami.
Aku yang sudah menahan hasrat sejak tadi malam, makanya begitu masuk kamar langsung kuserbu bulik anti, kami berguling-gulung dikasur dengan bibir berpagutan lengket sekali. Mendapat serbuan mendadak, bulik anna sempat terperangah, sambil terenggah-enggah bulek Anti juga mengimbangi aktivitasku dengan sesekali bergumam..” huuuuuh dasar anak muda!! tapi .. oenaak koq”.
Bibir kami terus saling melumat sementara tangan kami saling beraksi melepas pakaian masing-masing.. sampai akhirnya kami berdua dalam keadaan polos tanpa ada lagi yang melekat ditubuh. Setelah melepas pakaiannya, tanganku kembali aktif meremas payudara bulik anti yang masih terasa kenyal..kumainkan pentilnya yang sudah mulai menjulang hitam semu merah. Jemari tangan bulik anti juga tidak kalah aktifnya, ia sudah mengocok lembut “apollo”ku. Hanya ketika dia berancang-ancang mengulum penisku.. kutahan tubuhnya.. dia sempat heran..
“Sebentar buleek..” tadi malam aku konak berat dengan penampilan YOYO di film, jadi aku ingin bulik seperti dia..!! kataku menjelaskan.
“Ok.. lah terserah kamu!! jawab bulik Anti pasrah..
Dengan tetap berdiri, kubalik tubuh mulusnya, aku rapatkan tubuhku sehingga penisku nempel kepantat bulek Anti.. Kugesek-gesek pantatnya dengan penis, sementara tangganku mengurai rambut bulek Anti yang tebal, panjang dan harum..kusisir dengan jemari tanganku.. kemudian ku bagi dua..dan kupindahkan kedepan sehingga menutupi kedua payudara bulik Anti yang sudah tegang. Masih dari belakang dengan posisi tubuh berhimpitan.. tanganku meremas payudara yang tertutup rambut.. woauuwww asiknya bukan main.. diapun menikmati. Tubuhnya menggeliat.. sampai dia tidak tahan lagi dan langsung berbalik sambil berjongkok dan memegang penisku..yang sudah semakin mengeras.
Dalam posisi dia jongkok aku berdiri, ia tidak langsung mengulum.. namun ia pindahkan rambutnya yang sudah tergerai berserakan keatas penisku..kini gantian dia yang memainkan penisku dengan rambutnya..
“Auouu.. ah.. ahh.. enak sekali bulek”!! rintihku menahan geli bercampur nikmat yang luar biasa. Mendapat sensasi rambut seperti itu..aku hampir tidak tahan, tapi aku tidak ingin air maniku muncrat dirambutnya. Kudorong bahu bulik Anti.. agar Ia menghentikan sejenak pemainan rambutnya. Bulik Anti yang sudah mulai terangsang, tidak mau berhenti begitu saja.. dari pemainan rambut ia beralih melumat penisku dengan mulutnya.. Sambil dikulum penisku, kedua tanganku mengacak-acak rambut bulik Anti kesukaanku..
Bayangkan.. aku merasa seperti diawang-awang, terasa darahku mengalir cepat, penisku terasa berdenyut-denyut menikmati kombinasi permainan lidah bulik Anti dikepala burung dengan sensasi rambut nya yang lebat berserakkan. Rambut bulik Anti yang sudah acak-acakan terus saja kumainkan..sehingga denyutan penisku terasa semakin cepat.. Mungkin hanya sekitar tiga menit aku menikmati permainan itu karena benar-benar tidak mampu lagi menahan sensasi yang luar biasa,.. “Ahh..auu..ahh.. bulekkkk.. ahh.. aku keluar..”!! Air maniku muncrat deras. Saking banyaknya sampai tidak tertampung dimulut bulik Anti sehingga sebagian mengenai wajah dan rambutnya. Bulik Anti tampak belum orgasme, namun dia dengan sabar.. membantuku dalam menikmati saat konsolidasi..
“Terimakasih Buleek..nikmat sekali”!! Kataku puas.
“Sama-sama, istirahat dulu lah “! Kata Bulek Anti sambil memeluk dan mengibas-ngibaskan rambutnya ketubuhku..
Aku merebahkan diri di kasur.., Bulik Annapun mengikuti tiduran disampingku. Sekitar lima menit aku tergolek dikasur, Ia masih memelukku, kemudian setelah dia melihat aku sudah siuman dari kenimatan, Ia mulai beraksi lagi dengan rambutnya. Dia geraikan rambutnya diatas tubuhku, mulai dari dadaku.. terus turun kebawah.., Persis diatas penisku dia gusel-guselkan kepalanya.. tampak benar.. rambut yang lebat dan harum berserakan..menutupupi sekitar penisku. Lalu dia atur lagi rambutnya untuk membalut payudaranya kemudian dia himpitkan payudara yang sudah dibalut rambutnya ke dadaku dan digerakkan naik turun.. Sensasional sekali .. sehingga tanpa terasa penisku tegak lagi, bahkan ketegangannya jauh lebih tegang dari yang pertama.
Karena ini giliranku untuk memuaskan Bulek Anti, aku segera mengambil insiatif, kuputar tubuhnya menjadi aku diatas dia dibawah dengan selangkangannya tepat dimukaku sementara kepalanya juga tepat menghadap penisku..dan.. mulailah aktivitas 69 beraksi. Posisi ini yang paling disukai oleh Bulek Anti, semakin aktif aku mempermainkan lidahku di liang vaginanya..semakin erotis gerakkan dia mengimbanginya. Tangganku memeluk erat kedua pahanya sehingga kepalaku semakin terbenam diselakangan. Puas lidahku mengitari lubang, kulanjutkan dengan menyedot dalam-dalam bagian tepinya. Tubuh Bulek Anti melonjak-lonjak sementara vaginanya sudah semakin basah.
“Ayoo.. Andy masukin.. Buleek sudah ngga tahan nih..”!! seru Bulik Anti sambil membalikan tubuhnya. Ia berjongkok di atasku dan mengarahkan penisku menusuk liang vaginanya.. “slleebb”!!terdengar suara bersamaan dengan Buleek Anti menurunkan pantatnya. Dengan posisi itu, lalu dia bergerak meliuk-liuk sehingga payudara berguncang tersamar dengan rambutnya yang tergerai kian kemari mengikuti irama gerakkan. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, langsung kutangkap dan kuremas-kuremas dengan penuh nafsu. Dengan aktivitas masing-masing, kami benar-benar saling menikmati, pantatku ikut bergerak naik turun seiirama dengan gerakan Buleek Anti, ..
“Akh..oo.. enak..!! erang kami bergantian, disela-sela desahan nafas.
Cukup lama kami bermain dengan posisi ini dan kulihat gerakan tubuh Bulek Anti sudah tidak beraturan. Segera aku mengangkat badan sehingga aku dapat memeluk Bulek Anti seperti orang memangku dan setelah beberapa kali kusodok-sodok.. kubalikan tubuhnya. Kami sempat bergumul namun tampaknya Bulek Anti sudah hampir orgasme, jadi begitu tubuhnya kutimpa, ia mengapitkan kedua pahanya, terasa lubang vagina Bulek Anti menyempit dan berdenyut-denyut.
“Aouu.. to.. Buleeek mauu keluar.. nih!!” .. Tubuhku dipeluk erat sekali..mulutnya langsung kututup dengan bibirku sementara tanganku menjambak lembut rambutnya untuk mengantar Bulek Anti mencapai orgasme. Kubiarkan penisku menancap di lubangnya..dan setelah beberapa saat ia mengalami orgasme, kubalik lagi tubuh Bulek Anti. Kini dia terlungkup dengan penisku tetap dalam sarang. Kumainkan maju mundur.. sementara tanganku meremas payudara dari belakang, sedang wajahku kubenamkam dirambutnya yang harum. Bulek Anti mengerang nikmat lagi.., Beberapa saat kemudian kusibak rambutnya.. lalu bibirku mengecup tengkuknya yang mulus..Mungkin karena dia belum tuntas orgasmenya sehingga ketika menerima perlakuan tersebut.. Dia menggeliat-mengeliat lagi..
“Ayoo..to.. keluarin.. aku juga mau keluar lagi nih.. sama-sama ya”!! pinta Buleeek Antiiii.... sambil terenggah-enggah.
Aku tidak menjawab tetapi kecupanku semakin menguat ditengkuknya..tubuh Bulek Anti kembali mengejang, dan.. akhh..akhh.. lengkuh Bulek Anti berbarengan dengan semprotan airmaniku untuk kedua kalinya.
Kami tergolek bersama, sambil mengatur nafas masing-masing..
“Ohh.. Bulik puas sekali andy”!! Kamu sudah semakin pandai saja..
“Ya.. siapa dulu, dong gurunya”!! balasku sambil melumat lagi bibirnya..
Setelah cukup istirahat, kami saling merapikan diri..Aku membantu menyisirkan rambut Bulek Anti yang kusut karena tadi terus kuacak-acak. Tampak ditengkuk Bulek Anti bekas kecupanku, untung saja ketika pergi dari rumah tadi, Bulek Anti tidak sanggulan penuh.. sehingga sepintas masih tertutup oleh rambutnya..
“Terima kasih Bulek.. sekarang saya sudah ngga pusing lagi”!! kataku manja sambil mengecup pipinya.. dan berlalulah kami ke-toko buku.
​
**TAMAT**
​
​
​
​
Mbak Dukun Yang Cantik
Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian bagi banyak orang, Berbagi cara ditempuh agar bisa lulus tes CPNS. Mengikuti bimbingan CPNS, menyogok, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa dukun atau orang pintar. Menurut info yang aku peroleh dari temanku, ada seorang dukun di desa yang dulu pernah meloloskan temanku menjadi PNS. Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu. “Permisi, apa benar ini rumahnya Bu nur?” tanyaku kemudian. “Oh iya, saya sendiri.Silakan masuk, Mas!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku. “Ooo, jadi Mas Adi ini juga pengen jadi pegawai negeri to?” “Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Aku menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu Nur. “Kalau begitu, silahkan Mas Adi ikut saya ke dalam!” Bu Nur beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Bu Nur menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.“Maaf ya Mas Adi! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!” “Semuanya, Bu?” tanyaku malu-malu. Bu Sri tersenyum, “Mas Adi gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Mas Adi!” Bu Nur benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi. Sementara Bu Nur menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Bu Nur datang dan duduk di sampingku. Sesaat aku sempat melihat Bu Nur mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap. Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu Nur mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan lembut Bu Nur mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya.
Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal pahaku. “Mas Adi sudah punya pacar?” tanya Bu Nur memecah keheningan. “Eh, saya baru menikah 4 bulan yang lalu, Bu!” “Ooo… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Mas!” kata Bu Nur meledek. “Ah, Bu Nur ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh buah dada Bu Nur ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu Nur membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya. Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu Nur turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat. “Wah… badan Mas Adi kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Mas Adi rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olahraga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin angkat beban..” “Ooo… pantesan adik Mas Adi gede!” “Maksud Bu Nur, adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh. “Maksud saya adik yang ini…..” kata Bu Nur sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung.Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu Nur. Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “Ooohh… Bu! Enak…!” aku melenguh nikmat. Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Bu Nur menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal pahanya. Astaga…! Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Bu Nur. Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir vagina Bu Nur yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Nur bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Bu Nur mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal pahaku, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan. “Gimana Mas Adi? Enak kan?” tanya bu Nur di sela-sela aksinya. “Ahh… nikmat banget Bu! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Aku memang belum begitu berpengalaman dalam hal seks. Selama berhubungan dengan istriku, kami hanya melakukan dengan cara biasa saja. Namun kali ini Bu Nur memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Bu Nur dengan lembut memasukkan ujung penisku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku. “Ooougghh…yeah…enak, Nur!” nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun Bu Nur masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas.
Bahkan Bu Nur juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternyata bu Nur masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “Aahhh…. Kontol Mas Adi memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini. Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Nur kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, aku mendekatkan mulutku ke vagina Bu Nur yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya dengan lembut. “Aaaaghhh…! Yaahhh… begitu Mas! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…!” Bu Nur bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing. Berapa saat kemudian Bu Nur melepaskan kulumannya. “Gimana, Mas Adi Suka kan?” tanya Bu Nur sambil tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Bu Nur yang masih memijit-mijit batang kontolku. “Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai penis besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Mas Adi pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Bu Nur menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Mas Adi yang besar ini!” Bu Nur mengambil posisi duduk di atas pahaku.Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang memekny yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung penisku mulai memasuki memekny yang hangat. Entah karena memeknya Bu Nur yang sempit, ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Bu Nur tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam memeknya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…. aduh Mas Adi! Gede banget kontolmu!” tubuh Bu Nur yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga vaginanya yang sempit. Beberapa saat kemudian Bu Nur mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun. “Aaaahhh… aahhhh… ooougghh…!” Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Bu Nur untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Bu Nur menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan vaginanya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Bu Nur semakin liar tak terkendali.Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga vaginanya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. “Oh, Mas Adi…, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!” Bu NUR menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dadaku. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dadaku. “Ooohhh… sebentar lagi Bu! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Aku juga mempercepat gerakanku. Meskipun Bu Nur terlihat lelah, namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, aku merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Aku segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Bu Nur. Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya….. “Saya… keluar Bu! Oogghhh…!” aku meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya spermaku di dalam rongga kenikmatan Bu Nur. Seketika tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Bu Nur yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di vaginanya yang hangat. Dalam hati aku kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta.Belum pernah aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan seks. “Mas Adi memang benar-benar hebat!” kata Bu Nur sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku. “Ibu juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Bu!” Aku mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan payudaranya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa lama aku terpejam, ketika aku merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan aku membuka mataku, ternyata Bu Nur tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Bu Nur masih pengen nambah lagi?” desahku pelan. Bu Nur tersenyum manja, “Habis…, kontol Mas Adi guedek banget sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!” “Ah, Bu NUr ini bisa aja!” aku hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Bu NUr bertambah antusias ketika batang kontolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Bu Nur mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Bu! Oohhh…!” aku hanya bisa mengerang keenakan. “Hhhhmmm…., Mas Adi mau yang lebih enak lagi?” tanya Bu Nur menggoda. “Emang ada yang lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Adi berdiri!” aku menuruti perintah Bu Nur.
Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, aku berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Bu Nur yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Bu Nur meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak. Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan buah dadanya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Bu!” “Ini masih belum seberapa, Mas! Coba Mas Adi rasakan yang ini…” Bu Nur menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan buah dadanya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Adi!” Aku menurut saja. Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Bu Nur menekan-nekan buah dadanya kencang sehingga batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Nur memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Bu!” aku mendesah-desah nikmat. Susu Bu Nur yang menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Bu Nur memintaku untuk segera menuntaskan permainan itu. “Aahhh…, Mas Adi! Ibu sudah kepengen banget nih!” rengek bu Nur. Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film bokep. Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Bu Nur yang menganga dari belakan. Bu Nur tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Mas!” rengek Bu Nur. Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah vagina bu Nur yang memerah. “Aahhhh…!” aku melenguh nikmat.Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Bu Nur masih memiliki memek yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memeknya. Sesaat aku membiarkan kontolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti aku mulai mengayunkan pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Mas Adi, Ooohhh…!” Bu Nur mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Bu NUR terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!” Aku mencabut penisku, sedangkan Bu Nur terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Buah dadanya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, aku pun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Bu NUr ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Bu Nur dan kuarahkan batang kontolku menuju liang surgawinya yang mengangak, dan sluuuuup…! Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu. “Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Bu Nur. Kembali aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Bu Nur yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke dalam rahimnya.Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, sesekali aku meremas-remas, menjilat, dan menciumi buah dadanya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Bu Nur mengoceh tak karuan. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar. “Ooohh…, Mas! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding vagina Bu Nur mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam. Semakin lama kedutan vagina Bu Nur semakin cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi Mas!” Bu Nur menjerit puas. Aku semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi vagina Bu Nur. Namun sebelum spermaku keluar, aku segera mencabut penisku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, aku menyodorkan batang kontolku ke bibir Bu Nur yang terbuka. Aku semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya…. “Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Bu Nur. Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang kontolku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan aku pun terkapar di sisi Bu Nur. “Oh, Mas Adi benar-benar perkasa! Terima kasih ya Mas!” aku memeluk tubuh Bu Nur dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Bu Nur mau minta apa?” tanyaku kemudian.Bu Nur bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Mas!” beliau tersenyum, “Mas Adi tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Bu Nur meraih penisku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik. “Maksud Bu Nur?” tanyaku tidak mengerti. “Kalau Mas Adi berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Mas Adi mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dientooot pakai punya Mas Adi yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang kontolku. “Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani Ibu!” Mendengar jawabanku Bu Nur kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya aku benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, aku memenuhi janjiku kepada Bu Nur. Setiap kali ada kesempatan, aku selalu berkunjung ke tempat Bu Nur. Tentu saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta.
​
**TAMAT**
Melayani 2 Tanteku yang Cantik
Sejak tinggal dirumah Tante, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal duit. Sampai suatu ketika rumah Tante kedatangan tamu dari Minang, namanya Tante ine. Menurut Tante susi,, Tante ine ini tinggalnya di desa jadi agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah desa dari Tante ine. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh dengan Tante Susi) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau Tante ine adalah wanita desa. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau Tante ine orang desa adalah logat bahasanya yang bener-bener aneh.
Akupun langsung akrab dengan Tante ine karena orangnya lucu dan suka humor. Bahkan aku sering ngeledek karena dialeknya yang ngampung itu. Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 155 cm. Pinggangnya langsing, lebih langsing dari nenek Susi, dan yang bikin pikiran kacau adalah buah dadanya yang lumayan gede. Aku nggak tau persis ukurannya tapi cukup besar untuk menyembul dari balik daster.
Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante ine haus sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba? Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan Tante ku, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 30 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.
Dirumah, Tante Susi sudah beberapa kali wanti-wanti padaku jangan sampe aku perlakukan Tante ine sama sepertinya, rupanya Tante ine cemburu karena ngeliat kemingkinan itu ada. Sampai suatu ketika Tante sedang pergi dengan kakek ke Garut selama 4 hari. Sehari sebelum berangkat aku sempat melampiaskan nafsuku bersama Susi di sebuah motel deket rumah, biar aman. Disana sekali lagi Tante Susi wanti-wanti. Aku mengiyakan, aku bersusaha meyakinkan.
Setelah Tante dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, Tante ine dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom berhasil. Beberapa kali aku menggoda Tante ine dengan cerita-cerita menjurus porno tapi Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi Tante ine, malamnya aku coba mengintip saat dia mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.
Hari mulai malam ketika Tante ine masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat Tante ine menanggalkan daster merah Hitamnya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante ine tidak memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang kuidam-idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama Tante ine membasuh wajahnya. Sejenak dia bengong dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante ine menjelajah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan Tante ine bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.
Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante ine sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi Tante ine memanggilku lirih.
“AJo, nggak baik mengintip,” kata tante ine.
“Ma ma maafin,” jawabku gagap.
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan sini masuk..,” kata Tante ine lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku sudah standby di depan pintu kamar mandi. mataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante ine melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.
“Kamu pake ngitip aku segala,” ujar Tante ine.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar, hahaha,” balasku.
Tante ine memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan buasnya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidahnya dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo Tante ine tuh orang desa. Ternyata keahlian nge-sex itu tak memandang desa atau kota ya.
Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante ine membungkuk dan melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikat sekali rasanya. Tante ine lebih rakus dari Tante susi. Atau mungkin disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Beberapa detik kemudian setelah puas mengisapku, tante ine mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. Ku tau maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah merona menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante ine Tergelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut Tante ine.
“Ajo kamu hebat, pantesan si Susi puas selalu,” cerocos Tante ine.
“Emangnya Tante ine tau?” jawabku disela aktifitas menjilat.
“Ya Tantemu itu cerita. Dan sebelum ke sini dia wanti-wanti jangan menggodaku, dia cemburu tuh,” balas Tante ine.
Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante ine.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, hehehe kamu tertipu ya, tapi Ajo, sekarang masukin yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata Tante ine lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.
Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan Mr. happy ke vaginanya. Tante ine mengerang dan merem melek setiap ku genjot dengan batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan Mr. Happy ku ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan vaginanya ketiga ku genjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar masuk.
Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style. Sambil membungkuk, tante ine menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. Tante ine mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.
Dalam beberapa menit kemudian Tante ine memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya Tante ine sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.
Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“Ajoooo, aku mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.
Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai ku genjot lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante ine memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“Tante aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya Ajooo, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante ine dan kamipun mandi bersama.
Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut Bi Imah tau. Kubiarkan Tante ine yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante ine langsung menysul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara. Kuhitung ada sekitar 4 kali kami keluar bersama. Aku sendiri heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi.
Selama 3 hari Tante di Garut, aku habiskan segala kemampuan sexualku dengan Tante ine. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante ine tinggal dirumah tante Susi. Selama itu pula aku kucing-kucingan bermain cinta. Aku harus melayani Tante susi dan juga bermain cinta dengan Tante ine. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa capek harus melayani dua wanita yang dua-duanya punya nafsu tinggi karena aku juga menikmatinya.
​
***TAMAT***